HIDUP DALAM JALUR CEPAT

Apakah kita sadar maupun tidak, kita semua terlibat dalam suatu petualangan mencari pemenuhan kebutuhan jiwa kita. Kita semua mencari rahasia kebahagiaan sejati. Dengan kata lain yang kita cari adalah rahasia kepuasan. Itu merupakan berkat terbesar dalam hidup.

Hal itu juga yang dicari oleh Raja Salomo, dan dalam kitab Pengkhotbah ini dia beberkan penyelidikannya. Dalam bab 1 kita diperkenalkan dengan Salomo dan belajar kualifikasinya dalam penyelidikan ini. Dia sangat kaya, dia adalah seorang pengamat kehidupan manusia yang tajam, dan dia memiliki banyak waktu dan uang. Dia juga sangat sadar akan kesulitan yang ada, terhalang oleh kejatuhan manusia dan kesulitan dan kerumitan hidup. Kita belajar dari dia bahwa tidak ada hal didalamnya yang bisa membuat kita puas. Tidak ada benda, hubungan yang terus menerus bertahan menghasilkan kepuasan dan kesenangan bagi kita.

Dalam bab 2 kita diperkenalkan dengan tulisan mengenai hal yang ditemukan Salomo dalam penyelidikannya, bukti dari hal yang baru saja saya kemukakan. Disini kita memiliki pengamatan tentang berbagai macam cara manusia di berbagai zaman dalam mencari kepuasan, kesenangan dan kegembiraan dalam hidup. Cara pertama yang paling popular sekarang ini adalah pengamatan filosofi hidup yang disebut hedonisme, mengejar kesenangan. Kita semua secara insting merasa bahwa jika kita senang kita juga akan bahagai. Itulah hal pertama yang ditunjukan Penyelidik untuk melihat apakah itu benar atau tidak.

Dia memulainya dengan yang kita sebut pengalaman kesenangan dan permainan.

Ay 1-3:

Aku berkata dalam hati: “Mari, aku hendak menguji kegirangan!
Nikmatilah kesenangan!
Tetapi lihat, juga itupun sia-sia.”
Tentang tertawa aku berkata:”Itu bodoh!”, dan mengenai kegirangan: “Apa gunanya?”
Aku menyelidiki diriku dengan menyegarkan tubuhku dengan anggur, -sedang akal budiku tetap memimpin dengan hikmat -, dan dengan memperoleh kekebalan, sampai aku mengetahui apa yang baik bagi anak-anak manusia untuk dilakukan dibawah langit selama hidup mereka yang pendek itu.
{Pengk 2:1-3 LAI}

-- cara terbaik menghabiskan hidup anda. Apakah anda pernah bertanya pada diri anda, apa yang bisa saya lakukan sehingga saya hidup bahagia selamanya? Itu merupakan pertanyaan Salomo.

Banyak kebenaran dalam paragraph ini. Betapa besar keterkejutan mereka! Salomon, dengan semua kekayaannya mengejar kesenangan. Dia mungkin sekali menghabiskan minggu, bulan bahkan tahun dalam pencarian ini..

Disini dia memberikan kita detil dari pengalamannya. Hal pertama yang dikatakannya, “Nikmatilah kesenangan,” dan dia melanjutkannya dalam kegembiraan, tawa dan kesenangan. Disini anda bisa membiarkan pikiran anda menutupi kesenjangan yang ada. Bayangkan bagaimana istananya diguncang oleh tawa. Setiap malam mereka mengadakan pesta besar, dengan anggur yang mengalir seperti air. Club Harrah tidak pernah seperti ini! Pasti anda tertarik untuk mengetahui menu satu hari yang ada pada waktu itu. I Raja-raja menulis kebutuhan Raja Salomo dalam satu hari untuk memenuhi rutinitas dalam istananya:

Adapun persediaan makanan Raja Salomo untuk sehari ialah tiga puluh kor tepung biasa [satu kor sekitar 10 bushels], dan enam puluh kor tepung biasa [beragam bijian], sepuluh ekor lembu gemukan dan dua puluh lembu gembalaan [daging terbaik], seratus ekor domba, belum terhitung rusa, kijang, rusa dandi dan gangsa piaraan [ayam, bebek, dan segala macam burung].
(1 Raja-raja 4:22-23)

Menu itu hanya untuk satu hari. Itu diperkirakan bisa memenuhi kebutuhan sekitar 10-20 ribu orang, jadi ada banyak orang lain yang terlibat dalam pencarian kesenangan bersama dengan raja.

Salomo memberikan kita hasil penyelidikan. Tentang tertawa aku berkata: “itu bodoh!” Menurut saya kita semua belum pernah mengalami hal ini pada tingkatan tertentu. Apakah anda pernah pada siang hari dengan sekelompok teman tertawa, bersenang-senang, dan bercerita tentang semua pengalaman ? Jika anda pikir dengan seksama tentang hal itu mak anda akan menemukan bahwa sebagian besar cerita pada dasarnya melebih-lebihkan; semuanya sedikit dilebihkan; sebenarnya mereka tidak memiliki dasar yang kuat. Sama halnya dengan tertawa. Tawa hanya berkaitan dengan hidup yang terlihat diluar. Isinya tidak ada murni. “Karena seperti bunyi duri terbakar dibawah kuali, demikian tertawa orang bodoh,” (Pengkhotbah 7:6). Tawa hanyalah bunyi duri terbakar, hanya itu. Itu tidak memuaskan. Saya mengalami sore dan malam seperti itu, suatu peristiwa yang menyenangkan. Kami tertawa sepanjang hari yaitu saat kami bercerita tentang pengalaman, lelucon, dll, tapi ketika semua sudah selesai kami pergi ketempat tidur merasa kosong dan tidak puas. Itulah yang dialami Salomo. Dia tidak mengatakan kalau itu hal yang salah. Alkitab juga tidak berkata demikian. Dia mengatakan bahwa tawa itu kosong; tidak memuaskan.

Tentang kesenangan, komentar Salomo, “Apa gunanya?” apa gunanya bagi hidup ? jawabnya tidak ada. Kesenangan menghabiskan penghasilan, itu tidak membangun mereka. Sebagian dari kita tidak bisa keluar malam lebih dari sekali karena memakan biaya yang sangat besar. Pergi keluar menghabiskan sumber yang dihasilkan dari kerja keras. Kesimpulan Salomo, kesenangan tidak menambah sesuatu.

Anggur menurut dia juga tidak menolong. Hanya kelihatannya saja membantu. Setiap perkumpulan sekarang ini hampir seluruhnya menyuguhkan minuman keras terlebih dahulu. Hal pertama yang ditanyakan pelayan setelah pesawat anda lepas landas adalah, “Apakah anda ingin Cocktail?” Ada suatu keyakinan umum bahwa anda tidak bisa mengajak orang asing bicara sebelum anda menyuguhkannya dengan minuman keras. Sepertinya itu berhasil. Setelah anggur atau cocktail disuguhkan, orang-orang mulai sedikit bicara dan kesunyian mulai berkurang. Tapi tidak banyak pengaruhnya baik dipesawat maupun diperkumpulan social. Hanya sedikit komunikasi yang terjadi; itu hanya percakapan yang dangkal. Anggur menurut Salomo, tidak banyak menolong. “Aku mencarinya,” kata Salomo, “dan aku menemukan itu juga hampa; membuat orang merasa sia-sia dan kosong.”

Jadi dia pindah kebentuk kesenangan yang lain.

Ayat 4:

Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur;
aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan;
aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda.
{Pengk 2:4-6 LAI}

Ini salah satu bentuk kesenangan – proyek, taman, dan kolam. Banyak orang sekarang ini mencoba untuk mencari kepuasan dengan cara ini. Ada kesenangan dalam mendisain dan membangun rumah. Beberapa orang memberikan hidupnya untuk hal ini. Pembahasan ini mengambil contoh dari Winchester Mystery House, yang dibangun oleh seorang wanita yang tidak bisa berhenti membangun. Rumahnya terdiri dari ruangan-ruangan, pintu-pintu yang terbuka menuju kedinding kosong, tangga yang tidak menuju kemana-mana, dll semua dilakukannya hanya untuk bisa membangun. Beberapa orang kaya mendapat reputasi sebagai philanthropists karena mereka mengagumi gedung yang indah, tapi mereka selalu mengukir nama mereka pada logam kuningan dalam gedung. Sebenarnya yang mereka ingin lakukan adalah memuaskan suatu pemuasan kompleks! Suatu cerita tentang raja Nero yang menemukan Roma sebagai kota batu bata dan membangunnya menjadi kota marmer. Tapi sejarah mencatat kalau dia melakukannya bukan untuk memperindah Roma, tapi untuk pemuasan kesenangan dan ketenarannya.

Salomo juga memberikan hidupnya untuk hal ini. Rumahnya sendiri perlu 14 tahun untuk selesai, bait perlu 7 tahun. Dia membangun rumah untuk istrinya yang banyak yang dibawanya ke Yerusalem, meluangkan waktu, uang dan ketertarikan untuk melakukannya. Barat daya dari Yerusalem, ditempat yang sering dikunjungi oleh turis; terdapat lekukan yang sangat luas ditanah yang disebut kolam Salomo, biasa digunakan untuk mengairi tanaman yang ditanamnya dalam usaha menemukan kepuasan hati.

Kemudian Salomo beralih menyimpulkan hal yang sekarang kita sebut “hidup yang enak” Ayat 7-8:

Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir dirumahku;
aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di
Yerusalem sebelum aku.
Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah.
Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia yakni banyak gundik.
{Pengk 2:7-8 RSV}

Apakah itu terdengar modern ? Dia memiliki pelayan untuk melayani semua kebutuhannya. Orang kaya selalu ingin orang lain melakukan semua pekerjaan beratnya. Dalam kasus ini mereka adalah budak yang tidak bisa membela diri jika mereka tidak setuju dengan apa yang terjadi. Salomo memiliki peternakan besar untuk memenuhi berbagai kebutuhan hiburan dan keuntungan memelihara ternak. Orang kaya banyak menginvestasikan uang mereka untuk ternak dan peternakan kuda. Account di bank juga memberikan rasa aman. Salomo mengatakan dia mengumpulkan “perak dan emas dan harta raja-raja dan daerah-daerah,” dan membawanya ke Yerusalem. Dia memiliki semua uang yang diperlukan.

Dia juga memiliki pemusik , penyanyi wanita dan pria dan band. Disana mungkin ada nama band, "The Wandering Pebbles," dan "The Appreciative Corpses!" dari semuanya yang paling terkenal adalah, "The Bedbugs," bermain dalam istana raja! Dia memiliki semua jenis band, bahkan Jerusalem Pop Orchestra bermain untuk konser terbuka. Ini sangat biasa sekarang bukan ? Kita pikir kita yang mengembangkan semuanya ini, tapi itu semua sudah ada dalam kitab kuno Salomo.

Akhirnya, mereka punya teman bermain, wanita dengan ekor kelinci disekitar istana. Biduanita-biduanita yang disebut Salomo, “kesenangan manusia.” Semua kesenangan seksualitas tersedia setiap saat. Ini menunjukan bahwa pemikiran beberapa orang kalau mentalitas Playboy hanya merupakan kekhasan abad 20 merupakan suatu yang salah. Raja Salomo sudah mencoba semuanya ini.

Apa yang dia temukan? Inilah kesimpulan jujur dari dia,

Ayat 9-11:

Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapapun yang pernah hidup di
Yerusalem sebelum aku;
dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku.
Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku.
Inilah buah segala jerih payahku.
Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angina;
memang tak ada keuntungan dibawah matahari.
{Pengk 2:9-11 RSV}

Itu merupakan laporan yang sangat jujur. Salomo berkata bahwa ada hal positif yang muncul. Pertama, dia mendapat nama. Dia menjadi besar, melebihi semua yang ada sebelum dia. Banyak orang berpikir bahwa ketenaran akan memuaskan kekosongan jiwa. Salomo mendapat ketenaran. Dia tetap pada tujuannya. Katanya “Hikmatku tetap ada padaku”. Dengan kata lain, “aku mampu memperkirakan semua ini waktu semua ini terjadi. Aku tidak kehilangan kendali dalam pencarian liar akan kesenangan. Aku tetap sadar dan mengevaluasinya saat itu terjadi. Tapi aku mencoba semuanya. Aku tidak melewatkan apapun.” Dia termasuk kelompok jet-set pada waktu itu. “Aku menikmatinya untuk sesaat,” katanya. “Aku menemukan kesenangan dalam semua kerja kerasku, tapi hasil yang aku dapat dari kerja kerasku – hanyalah kesenangan sementara. Setiap kali aku mengulanginya aku merasa kesenangannya berkurang.” Kesimpulanku,” kata Salomo, “itu semua sia-sia. Seperti lilin, sudah terbakar semua, hanya meninggalkan kekosongan dan kekenyangan. Tidak ada yang menyenangkan bagiku setelah itu.” Dia menyimpulkan bahwa semua itu kosong, perjuangan melawan angina. Dia habis terbakar.

Ayat 12-23 membentuk bagian yang lumayan panjang dimana Penyelidik membandingkan 2 kemungkinan dalam mengejar kesenangan. Seseorang mungkin pada titik ini berkata pada Salomo, “Alasan yang akhirnya membuat anda terbakar habis adalah anda melakukannya dengan cara yang salah. Anda merencanakan kesenangan anda, dan dengan hati-hati menjadwalkan apa yang akan anda coba berikutnya. Tapi itu bukan cara menikmati kesenangan, untuk bisa menikmatinya adalah dengan membuang diri anda. Pergi bersenang-senang untuk kesenangan yang liar dan semacamnya. Lakukan apa yang anda rasa ingin lakukan.” Ini adalah moto masa kini, “jika terasa enak, lakukan,” merupakan perkembangan pertama.

"Baiklah," Kata Salomo, "Aku memperhatikan hal itu." Ayat 12:

Lalu aku berpaling untuk meninjau hikmat, kebodohan dan kebebalan, sebab apa yang dapat dilakukan orang yang menggantikan raja?
Hanya apa yang telah dilakukan orang.
{Pengk 2:12 LAI}

Maksudnya adalah tidak ada yang bisa menentang atau menandingi penilaiannya dalam bidang ini karena tidak ada yang bisa melebihi kekayaannya; orang yang mengikuti dia hanya bisa mengulangi apa yang sudah dia lakukan.

Tapi setelah mencoba semuanya itu, muncul kesimpulannya. Ayat 13:

Dan aku melihat bahwa hikmat melebihi kebodohan, seperti terang melebihi kegelapan.
{Pengk 2:13 LAI}

Dia berkata bahwa lebih baik melakukan itu dengan mata terbuka. Jika anda ingin mengejar kesenangan, setidaknya jangan menyerahkan diri anda seperti orang liar. Jika anda melakukannya anda akan membakar diri anda sendiri; anda akan terlibat dengan hal yang tidak anda bayangkan sebelumnya. Itu seperti perbedaan antara terang dan gelap. Jika ada kesempatan untuk berjalan dalam terang daripada tersandung-sandung dalam kegelapan merupakan perbedaan antara perencanaan yang bijaksana dan hati hati dan suatu kebodohan dalam melakukannya.

Alasan kenapa bisa seperti itu adalah, Ayat 14:

Mata orang berhikmat ada dikepalanya, sedangkan orang yang bodoh berjalan dalam kegelapan;
{Pengk 2:14a LAI}

Dengan kata lain, orang berhikmat bisa melihat hasil dari hal yang dilakukannya dan mungkin menghindari hasilnya sehingga dampak hidup untuk kesenangan tidak menerjang dia secepat orang bodoh. Banyak yang menemukan kebenaran dalam hal ini. Surat kabar setiap hari menulis tentang orang muda yang memberikan dirinya mengejar kesenangan yang liar sekarang ada dipenjara, atau kecanduan obat dalam waktu singkat. Salomo berkata bahwa lebih baik mengejar kesenangan menurut jalan orang bijak.

Tapi tidak ada yang bisa menolak kematian. Disini ada pernyataan yang mengandung pengertian mendalam diakhir Ayat 14:

...
tetapi aku tahu juga bahwa nasib yang sama menimpa mereka semua.
Maka aku berkata dalam hati: “Nasib yang menimpa orang bodoh juga akan menimpa aku.
Untuk apa aku ini dulu begitu berhikmat?”
Lalu aku berkata dalam hati, bahwa inipun sia-sia.
Karena tidak ada kenang-kenangan yang kekal baik dari orang yang bodoh, sebab pada hari-hari yang akan datang kesemuanya sudah lama dilupakan.
Dan, ah, orang yang berhikmat mati juga seperti orang bodoh!
{Pengk 2:14b-16 LAI}

Tidak banyak perbedaannya; pada akhirnya keduanya mengalami nasib yang sama.

Saya sering mengutipnya untuk anda kata bijak dari Lord Bertrand Russell. Dia sangat dikenal sebagai seorang yang sangat bijaksana, walaupun dia seorang ateis dan pembela humanisme. Inilah pandangan hidupnya:

Satu per satu mereka berbaris dan pemimpin kami menghilang dari pandangan kami direngut oleh kuasa kematian.
Hidup manusia sangat singkat dan tidak berdaya.
Didalamnya semua ras secara perlahan tapi pasti jatuh kedalam kematian yang gelap dan tidak berbelaskasihan.
Membutakan baik terhadap yang benar dan salah, kerusakan akibat kegegabahan, sang mahakuasa bergerak dalam cara yang tanpa belas kasihan.
Karena bagi manusia terkutuk sekarang untuk kehilangan kesayangannya, besok dia sendiri harus melewati gerbang kematian, itu tinggal kenangan yang kemudian hilang, pemikiran yang agung yang memuliakan harinya yang pendek.

Kata-kata ini menunjukan kebenaran yang dikatakan oleh Penyelidik. Akhirnya Salomo berkata bahwa tidak peduli secermat apapun anda mengejar hidup dan kesenangan itu akan berakhir dalam kegelapan dan debu kematian; baik orang bodoh dan orang bijak dilupakan. Berapa banyak dari anda yang mengenal orang bijak diwaktu lalu yang sekarang tidak diingat lagi? Kata-kata ini sangat benar.

Kemudian sampai kepada reaksi akhir yang luar biasa. Ayat 17:

Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.
Dan siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh?
Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat.
Inipun sia-sia.
Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu.
Inipun kesia-siaan dan kemalangan yang besar.
{Pengk 2:17-21 LAI}

Perhatikan peningkatan depresi disini. Pertama, ada perasaan susah, karena terluka oleh hidup. “Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari,” kata Penyelidik. Pengalamannya merupakan kesusahan yang meningkat karena ada pengurangan kesenangan dari semua usaha yang dia buat untuk menikmati hidup. Apakah anda pernah melihat orang yang ingin mendapat kesenangan walaupun itu bisa membunuh mereka? Mereka mencoba sebaik mungkin untuk mengambil kesenangan saat itu, tapi mereka hanya mendapatkan sedikit dari usaha mereka. Hal ini kata Salomo, menyusahkan hatinya.

Kedua, dia frustrasi.” Kenapa aku harus berlelah-lelah mengumpulkan semuanya ini, menggunakan semua hikmat dan usaha saya, dan kemudian meninggalkannya kepada beberapa orang bodoh yang akan menghabiskannya dalam beberapa bulan. Kemudian, dia merasa frustrasi dengan ketidakadilan hal ini.

Akhirnya dia jatuh kedalam keputusasaan. “aku menyerah dan menyerah pada keputusasaan" karena dia tidak mampu merubah hukum penyusutan ini. Menurut saya ini adalah penjelasan dari fenomena bunuh diri bintang pujaan yang terjadi sekarang ini, manusia yang sepertinya sudah mendapat kunci kehidupan, yang mendapatkan kekayaan dan ketenaran, dan yang secara terus menerus diangkat oleh media sebagai objek yang patut ditiru. Baik sekarang dan yang akan datang mereka tidak menemukan apa-apa kecuali frustrasi dan putus asa sepertinya sudah menggunakan hidup terlalu cepat dan tidak ada sukacita yang tersisa didalamnya, salah seorang dari mereka mengambil senjata dan menembak kepalanya. Lihatlah mereka, seperti Jack London dan Ernest Hemingway. Baru seminggu lalu adik Hemingway bunuh diri, seperti yang dilakukan ayahnya beberapa tahun sebelumnya. Kita lihat Freddy Prinz; atau Elvis Presley yang membunuh dirinya dengan obat-obatan. Tapi kata-kata Salomo untuk kita benar adanya; mereka berkaitan dengan hidup. Salomo mengalami sendiri kekosongan dan kekesalam ketika dia mencoba hidup dengan cara itu sepenuhnya untuk memenuhi kelaparan jiwanya.

Jadi dia simpulkan dalam pertanyaan kekal ini, Ayat 22:

Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya?
[Perhatikan kata dibawah matahari dalam dunia yang kelihatan.]
Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram.
[Insomnia dimalam hari, ketidaktentraman hati adalah apa yang dia dapat dibawah matahari.]
Inipun sia-sia.
{Pengk 2:22-23 LAI}

Apakah tidak ada jawaban? Apakah tidak ada harapan ?

Dalam 3 ayat berikut kita memiliki pernyataan pertama yang merupakan pesan sebenarnya dari kitab ini. Hanya masalah waktu sebelum kita patah semangat, lelah dan kekenyangan, kehilangan semua nilai hidup, makna dan warna bagi kita ? Tidak kata Penyelidik. Letakan hubungan anda dengan Tuhan pada gambaran itu dan semuanya pasti berubah. Tulisannya berbunyi

(Ayat 24):

Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya.
{Pengk 2:24a RSV}

Sayangnya ini salah satu hal dimana kita kehilangan makna sebenarnya dari ayat ini karena terjemahan yang buruk. Dalam bab berikut ada bagian yang mirip yang dengan benar diletakan, "tidak ada yang lebih baik dari," tapi itu bukan apa yang dimaksud disini. Hapus dari tulisan kata, “lebih baik dari,” karena itu tidak ada dalam kata Ibraninya dan mereka tidak berasal dari itu. Apa yang sebenarnya dimaksud oleh tulisan ini adalah,

Tidak ada satu hal pun dalam diri manusia dimana dia harus makan dan minum dan menemukan kesenangan dalam kerja kerasnya.

Tidak ada dalam diri manusia sesuatu yang bernilai sehingga terdapat kemungkinan dia menghasilkan kebahagiaan sejati. Itulah hal pertama yang dikatakan Salomo.

Lalu apa ? Dia mengatakan:

Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah.
Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?
{Pengk 2:24b-25 RSV}

Itu adalah pernyataan kedua, dan itulah pesan sebenarnya dari kitab ini. Kebahagiaan adalah pemberian Tuhan. Tidak ada suatu hal baik benda, uang, atau manusia itu sendiri yang bisa memampukan dia untuk tetap menikmati hal diperbuatnya. Tapi dia bisa menikmati semuanya itu jika didapat dari tangan Allah. Diberikan kepada yang menyenangkan Tuhan. Ayat 26:

Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan;
{Pengk 2:26a RSV}

Hikmat dan pengetahuan telah disebutkan sebelumnya sebagai hal yang bisa didapat “dibawah matahari” tapi itu tidak kekal. Untuk menambahkan rasa kenikmatan, kebahagiaan secara terus menerus sepanjang hidup, anda harus mengambilnya dari Allah. Orang yang menyenangkan Tuhan diberikan karunia sukacita.

Betapa indahnya kitab ini – dan seluruh Alkitab – mengajarkan kita bahwa Tuhan ingin kita bahagia. Dia memberikan kita hidup supaya kita bahagia. Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus berkata, "Dia memberikan kepada kita dengan berlimpah semua hal untuk dinikmati." Itulah keinginan Tuhan bahwa semua hal yang baik dalam hidup yang disebutkan disini bisa dinikmati manusia; tapi menurut Penyelidik itu semua diberikan jika anda mengerti bahwa kesenangan itu tidak datang dari benda atau manusia. Itu adalah pemberian Tuhan dan hanya mereka yang menyenangkan Tuhan bisa menemukannya.

Bagaimana anda bisa menyenangkan Tuhan ? Sebagian besar bagian Alkitab mengatakan pada kita, “tanpa iman tidak mungkin untuk menyenangkan Tuhan.” Imanlah yang menyenangkan Dia, percaya bahwa Dia ada dan bahwa semua hal dalam hidup datang dari tanganNya. Ingatlah semua kata diatas. Sakit, sedih, kehilangan, kecewa, juga kelegaan, kegembiraan dan sukacita, semua ini merupakan karunia Tuhan. Ketika kita melihat hidup dalam pandangan itu maka setiap elemen hidup bisa dinikmati – bahkan sedih, sakit, dan derita. Semua ini diberikan kepada kita untuk dinikmati. Inilah pesan dari kitab ini. Penulis akan mengembangkan hal ini lebih jauh dalam bagian berikutnya.

Hal ini juga yang menjadi pesan dari Roma 8:28: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Hal yang sama juga menjadi pesan dari Amsal 3:5-6: "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."

Hal keempat yang dikatakan Salomo disini adalah semua bekerja bagi keuntungan mereka yang menyenangkan Tuhan.

Ayat 26b:

...
tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan Allah.
{Pengk 2:26b RSV}

Hal diatas menjelaskan sesuatu yang luar biasa yang sering saya perhatikan. Saya memiliki kesempatan istimewa untuk berbicara pada berbagai konferensi diberbagai negara, saya sering memperhatikan kenyataan bahwa sebagian dari pertemuan orang Kristen ini dilakukan dalam rumah orang kaya yang sangat mahal yang bukan orang Kristen:

Saya langsung teringat tentang Glen Eyrie pemimpin Navigators diluar Colorado Springs. Di suatu tempat terbuka yang indah, General William Palmer, pendiri dari Colorado Springs dan pendiri dari Denver and Rio Grande Western Railroad, yang membangun istana batu gaya Inggris bagi pengantinnya. Dia sendiri tidak pernah tinggal didalamnya lebih dari beberapa minggu, dan dia sendiri sama sekali tidak pernah menikmati bangunan itu. Bangunan itu kosong selama beberapa tahun. Akhirnya bangunan itu beberapa kali dijual dan berakhir ditangan Navigators, yang menggunakannya sebagai tempat pertemuan Kristen dan pusat pelatihan pergerakan mereka diseluruh dunia.

Saya pernah 2 kali diundang sebagai pembicara konferensi disebuah tempat yang indah ditepi tebing yang memperlihatkan Columbia River di Oregon, sebuah tempat yang disebut Menucha. Rumah indah ini, meliputi hampir satu hektar, dibangun oleh seorang pengusaha Yahudi kaya yang hanya memiliki sedikit ketertarikan dalam hal rohani. Dia menghibur Presiden dirumah itu, tapi sekarang dimiliki oleh Alliance Churches of Oregon.

Anda bisa mendengar cerita seperti ini terjadi berulang kali. Bukankah rencana yang dibuat Tuhan dalam hidup sangat luar biasa sehingga milyarder ini dalam usahanya mengejar kenikmatan menghambur-hamburkan uang bagi rumahnya pada akhirnya menjadi milik mereka yang menyenangkan Tuhan? Orang-orang seperti ini tidak akan mendapat apapun dari usaha mereka. Ada ironi mendalam mengenai hal ini..

Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.{Pengk 2:26c
RSV}

Tidakkah aneh bahwa semakin anda mencari hidup, kelelahan setiap selesai satu kesenangan, semakin sedikit anda temukan tapi semakin anda merasa hidup suatu karunia dari tangan Tuhan, mengucap syukur akan kenikmatan yang diberikan, semakin dirasakan? Bahkan pencobaan, patah hati dan cacat yang dihindari orang lain disentuh dengan berkat surga dan terlihat melayani hati orang yang telah belajar mengambilnya dari tangan Tuhan.

Fanny Crosby merupakan salah satu penulis favorite hymn writers sepanjang masa. Buta sejak kecil, dia hidup sampai umur 95 tahun. Ketika dia baru berumur 8 tahun dia menulis syair:

Oh, betapa aku anak yang berbahagia Walau aku tidak bisa melihat.
Aku bertekad dalam dunia ini Aku akan berjuang.
Betapa banyak berkat aku nikmati Tidak dialami orang lain.
Menangis dan mengeluh Karena aku buta, Aku tidak bisa dan tidak mau.

Itulah filosofi menyenangkan Tuhan, dan itulah apa yang dibicarakan Penyelidik disini.

Semua keberatan yang muncul terhadap hal ini akan diperhatikan dan diuji dalam halaman berikutnya. Ketika kita sudah menyelesaikan kitab ini kita akan menemukan apa yang telah didirikan oleh Penyelidik tanpa keraguan bahwa kesukacitaan adalah karunia Tuhan, dan diberikan kepada mereka yang menjalani kesehariannya, apapun keadaannya dari tangan Bapa yang penuh kasih.