BANYAK HAL TIDAK SEPERTI YANG TERLIHAT

Siapapun yang mendengarkan berita pada masa sekarang pasti mengetahui bahwa berita ekonomi sangat buruk. US mengalami resesi besar sekarang ini. Dibeberapa tempat digambarkan sama seperti peristiwa Depresi Besar. Seseorang berkata suatu hal dikatakan resesi kalau tetangga kita kehilangan pekerjaan, sedangkan depresi kalau anda juga mengalaminya. Pengangguran mencapai rekor diberbagai bagian Negara kami. Menghadapi musim dingin suatu musim yang suram dan kosong tanpa pekerjaan merupakan hal yang mengerikan dan menyakitkan bagi banyak orang. Kita semua menghadapi dalam tingkatan tertentu waktu-waktu sulit kedepannya. Itu membuat hati setiap orang muram; kita cenderung bereaksi secara emosional terhadap keadaanini.

Tapi pandangan hidup kita pasti sudah terputar kalau masa sulit datang, itu bisa menjadi tahun terbaik dalam hidup kita. Inilah yang ingin dikatakan oleh Penyelidik pagi ini, bagian yang akan kita bahas dalam Pengkhotbah 6, disini dia mengatakan bahwa suatu hal tidak seperti kelihatannya. Kita pikir hidup akan seperti ini tapi kemudian menjadi hal yang berbeda. Tujuan dari pesan kami saat ini adalah kita bisa membaca setiap hal yang terjadi pada kita secara salah.

Dalam pasal 6, Qoheleth , penyelidik dari Israel berkata bahwa kemakmuran tidak selalu baik; dan dalam 14 ayat pertama dari pasal 7 dia mengambil lawan katanya untuk menunjukan kebenaran – bahwa kesulitan tidak selalu buruk. Apa yang kita perlukan adalah pandangan yang tepat terhadap benar dan salah: bagaimana mengatakan baik ketika itu baik, dan bagaimana mengenali keburukan sebenarnya. Kita tidak akan sakit kepala jika kita melakukan hal itu. Hal seperti itulah yang indah dari Alkitab. Penyelidik disini memberikan pandangan yang benar akan baik dan buruk

Dalam pasal 6 dia membangun 4 pernyataan tentang kemakmuran untuk menunjukan pada kita bahwa kekayaan materi tidak selalu baik. Ini pernyataan pertamanya:

Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: orang yang dikaruniai
Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh
Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya!
Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
{Pengk 6:1-2 RSV}

Qoheleth mengetahui untuk mendapatkan harta yang banyak – semua yang bisa dibeli dengan uang – dan tetap tidak punya kemampuan untuk menikmatinya merupakan beban yang berat. Banyak orang menderita hal ini. Mereka mengendarai mobil baru, mereka memiliki peralatan elektronik terbaru dalam rumah mereka yang mewah, yang dengan sangat coba untuk mereka nikmati, tapi wajah mereka menunjukan kepalsuan, mata mereka menunjukan kekosongan. Saya pernah masuk ke kasino di Reno atau Las Vegas untuk melihat seperti apa didalamnya. Disana saya melihat orang yang sangat ingin mendapatkan kekayaan, mendapat kebahagiaan hidup, tapi mereka terlihat seperti sudah mati. Mereka duduk disana, tidak tersenyum, mendorong bandit satu tangan, tapi mereka tidak terlihat bahagia, mereka tidak menampakan perasaan ada sesuatu yang menyenangkan dari apa yang sedang mereka lakukan; mereka terlihat seperti terlibat dalam pekerjaan yang sangat serius. Betapa membosankan! Perhatikan mereka yang memiliki segala sesuatu tapi tidak bisa menikmati apapun yang mereka miliki.

Lebih jauh, kata Penyelidik kekayaan materi dan kemakmuran bisa membuat frustrasi: bayangkan betapa anehnya menikmati sesuatu yang anda tidak bisa nikmati. Apakah ada yang lebih frustrasi daripada mendapat sesuatu yang ingin anda dapatkan dan setelah mendapatkannya hal itu hilang kilaunya, anda tidak bisa menikmatinya lagi, jadi anda memberikannya kepada orang lain yang bisa mendapatkannya dan menikmatinya ? Itu bisa membuat seorang menjadi sangat frustrasi, bahkan kesal: “Mengapa saya tidak bisa menikmatinya?” dia berhak bertanya.

Kunci dari semuanya ini ada dalam kata, “Tuhan tidak memberikannya kekuatan untuk menikmatinya." Pelajaran itu memukul hati kita berulang-ulang melalui kitab ini. Kebahagiaan tidak ada dalam kekayaan yang terus bertambah tapi itu adalah berkat dari Tuhan. Jika Dia menahannya, tidak ada usaha apapun yang bisa memberikan kesenangan. Itu merupakan pelajaran yang berat bagi beberapa orang. Kita terus menerus diberikan gambar dari catalog dan dalam iklan yang meneriakan kepada kita pesan yang berlawanan. Kebahagiaan merupakan berkat dari Tuhan

Pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita adalah kenapa Tuhan menahan kebahagiaan ? kenapa Dia tidak memberikan kuasa untuk menikmati jika Dia memberikan kemampuan untuk mendapatkan? Jawaban dari pertanyaan itu diberikan dalam kitab ini, dan secara khusus dinyatakan dalam pasal 2 ayat 25-26, dimaka penyelidik berkata,

...
Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?
Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan;
{Pengk 2:25-26a RSV}

"kepada mereka yang menyenangkanNya." Sekali lagi saya takut banyak orang mengerti hal itu sebagai tingkat kinerja rohani, standar moral seperti bergabung dengan suatu gereja atau datang kepersekutuan, adalah hal yang menyenangkan Tuhan. Kita harus mengerti bahwa Alkitab tidak pernah mengatakan hal itu. Iman yang menyenangkan Tuhan, percaya padaNya, bersandar pada FirmanNya dan bertindak berdasar atas FirmanNya. Inilah yang menyenangkan Tuhan : ketaatan atas dasar iman. Kepada merekalah Tuhan memberikan kebahagiaan siapapun mereka. Betapa kecil dan betapa besar hal itu, berkat yang dicurahkan dan diambil dari tanganNya. Inilah mengapa ucapan syukur, merupakan elemen penting dari hidup kita.

Betapa berlawanannya dengan roh zaman sekarang! Meneriakan bahwa kita punya hak terhadap barang disetiap sudut hidup. TV komersial terus menerus mengatakan hal ini. Mereka memegang benda yang ingin supaya kita beli, dan bersama dengan itu propaganda yang mengatakan, “anda patut mendapatkan ini. Anda harus mendapatkannya. Jika anda ingin diperlakukan dengan benar inillah yang harus anda miliki." Itulah roh zaman kita. Apakah kita menyadari kalau hal itu bertentangan dengan apa yang diajarkan Alkitab tentang hubungan kita dengan Tuhan ? Bagaimana kita memiliki rasa syukur jika kita hanya mendapatkan apa yang kita patut dapatkan? Kita tidak bisa mengucap syukur untuk itu. Ucapan syukur hanya datang ketika kita merasa kita tidak patut mendapatkannya tapi kita mendapatkannya juga.

Diseluruh Alkitab kita diberitahu bahwa hubungan yang benar dari seorang percaya dengan Tuhan dan yang menyenangkan Dia adalah mengucap syukur dalam segala hal: “Dalam segala hal ucapkan syukur karena hal itulah yang dikehendaki Tuhan,"{1 Th 5:18 KJV}. Kitab hikmat ini menyatakan kepada kita untuk menerima semua hal dengan rasa syukur, menyadari bahwa kita tidak memilikinya, itu adalah berkat dari Tuhan. Bahkan jika hal itu menyakitkan, ada Bapa yang bijaksana yang memilihnya untuk anda, dan akan memberikan kepada anda keuntungan yang berkelimpahan. Anda bisa mengucap syukur untuk sakit dan juga untuk senang; itulah pelajaran dari kitab ini..

Pernyataan kedua dari Penyelidik adalah hidup lama dan keluarga besar tanpa berkat kebahagiaan yang bersama dengan itu merupakan suatu yang menyakitkan. Ayat 3:

Jika orang memperoleh seratus anak dan hidup lama sampai mencapai umur panjang, tetapi ia tidak puas dengan kesenangan, bahkan tidak mendapat penguburan, kataku, anak gugur lebih baik dari pada orang ini.
Sebab anak gugur itu datang dalam kesia-siaan dan pergi dalam kegelapan, dan namanya ditutupi kegelapan.
Lagipula ia tidak melihat matahari dan tidak mengetahui apa-apa.
Ia lebih tenteram dari pada orang tadi.
Biarpun ia hidup dua kali seribu tahun, kalau ia tidak menikmati kesenangan: bukankah segala sesuatu menuju satu tempat?
{Pengk 6:3-6 RSV}

Bahkan keluarga besar, yang biasanya membawa banyak keceriaan, kesenangan dalam hidup – bahkan hidup lama dan banyak anak dan cucu – tidak dengan sendirinya memuaskan manusia. Semua itu tetap membuatnya gelisah, terlibat dalam pertengkaran keluarga, membuat hati tidak puas. Tanpa berkat kebahagiaan tidak ada yang terpuaskan, tidak ada yang menghasilkan kebahagiaan kekal.

Jika demikian masalahnya, kata Penyelidik, bayi yang baru lahir lebih baik mati. Penulis memberikan alasannya. Pertama, bayi yang baru lahir belum memiliki sejarah: “datang dalam kesia-siaan dan pergi dalam kegelapan, dan namanya ditutupi kegelapan.” Tidak ada yang tahu tentang hal itu, tidak ada sejarahnya, jadi tidak ada yang menindasnya atau menyerangnya. Lebih jauh, tidak akan mengalami masalah, tapi orang kaya bisa: “Ia tidak melihat matahari atau mengatahui apa-apa; tapi ia lebih tentram dari orang lain.” Bahkan hidup panjang, 2000 tahun hidup tidak menolong. Baik bayi baru lahir dan orang kaya yang hidup panjang tanpa kebahagiaan akan berakhir ditempat yang sama; tidak mendapat anugrah kebahagiaan.

Poin ketiga yang ditemukan Penyelidik ada dalam Ayats 7-9:

Segala jerih payah manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginannya tidak terpuaskan.
Karena apakah kelebihan orang yang berhikmat dari pada orang yang bodoh?
Apakah kelebihan orang miskin yang tahu berperilaku di hadapan orang?
Lebih baik melihat saja dari pada menuruti nafsu.
Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
{Pengk 6:7-9 RSV}

Disini dia menunjukan bagaimana seorang tidak mampu menemukan kebahagiaan dengan usahanya. Kerja keras tidak akan menambahnya: “Segala jerih payahnya untuk mulutnya." Jerih payah dibuat untuk memuaskan selera manusia dalam mencari kesenangan dan kepuasan tapi kerja keras dan usaha gigih untuk memuaskan seseorang tidak bisa berhasil; itu semua tidak bisa menghasilkan kebahagiaan sejati

Demikian juga dengan hikmat atau daya tarik. Mengenai hikmat dia berkata, “Keuntungan apa yang didapat orang bijak dari yang bodoh?” Anda mungkin bijak dalam investasi anda, hati-hati dengan uang anda, anda mungkin mengejar kesenangan dengan tidak terlalu berlebihan, tapi itu semua tidak akan berhasil; Jika itu semua yang anda miliki anda tidak ada bedanya dengan orang bodoh. Bahkan orang miskin yang belajar bagaimana menarik orang lain bagi dirinya (orang yang tahu membawa diri) tetap merasa kosong, sendiri dan sengsara didalamnya.

Semua alasan ini diberikan dalam ayat penutupan pasal. Ayat 10:

Apapun yang ada, sudah lama disebut namanya.
Dan sudah diketahui siapa manusia, yaitu bahwa ia tidak dapat mengadakan perkara dengan yang lebih kuat dari padanya.
{Pengk 6:10 RSV}

-- keputusan Tuhan yang tidak berubah. Penyelidik mengatakan bahwa Tuhan telah memutuskan bahwa kebahagiaan tidak bisa ditemukan dengan usaha, kerja, dan pengejaran kesenangan. Kebahagiaan harus diambil dari tangan Tuhan, berkat Tuhan; keputusan itu tidak berubah seperti halnya hukum grafitasi. Anda mungkin tidak satuju dengan Tuhan mengenai hal itu, anda mungkin tidak menyukainya, tapi itu tetap ada; tidak berubah.

Penyelidik menyatakan 3 hal mengenai hal ini:

Pertama, Tuhan memutuskannya sebelum manusia diciptakan: “sebelum diciptakan sudah diberi nama” – sebelum terjadi. Bahkan manusia belum diciptakan sudah dinamakan dalam pikiran Tuhan; dan Tuhan menciptakan hukum hidup yang aneh ini sebelum manusia ada dibumi.

Kedua, telah ditetapkan dihadapan manusia bahwa: “diketahui siapa manusia itu”. Tuhan menciptakan kita. Dia tahu apa yang kita sukai, bagaimana kita berfungsi, apa yang memuaskan dan yang tidak. Dari pandangan itu, dia membuat keputusan ini bahwa kebahagiaan tidak bisa ditemukan dari pemilikan benda. Yesus menyatakannya sangat jelas: “Hidup manusia tidak terdiri dari banyaknya harta yang dia miliki.”

Kemudian, ketiga, Penyelidik berkata bahwa sudah diputuskan : “manusia tidak bisa melawan hal yang lebih kuat dari dirinya.” Bagaimana anda akan mengubah hukum Allah ? Dia mengatur hidup anda baik anda suka maupun tidak. Walaupun ini sepertinya bertentangan dengan kita, tidak ada yang bisa kita perbuat dengan hal itu.

Melawan tidak akan menolong. Ayat 11:

Karena makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan.
Apakah faedahnya untuk manusia?
{Pengk 6:11 RSV}

C.S. Lewis mengungkapkannya dengan baik: “Melawan Tuhan adalah melawan kuasa yang memampukan dia untuk melawan.” Bagaimana anda bisa merubah itu?

Penulis selanjutnya berbicara mengenai kelemahan manusia. Ada 2 alasan mengapa hukum ini tidak bisa dirubah: Pertama, karena Tuhan yang memutuskannya; dan kedua, karena manusia terbatas. Ayat 12:

Karena siapakah yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan?
Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah dia?
{Pengk 6:12 RSV}

Dia bertanya 2 pertanyaan:

Pertama, siapa yang mengetahui nilai hidup? Siapa yang mengerti apa itu benar dan salah? Tidak seorangpun tahu, dan kemudian penyelidik bertanya, “siapa yang mengetahui apa yang baik untuk manusia? Apakah anda pernah menginginkan sesuatu yang anda pikir baik untuk anda dan ketika anda mendapatkannya anda berharap anda tidak pernah memilikinya ? Seorang anak sekolah pernah berkata kepada saya, “Tuhan, jika saya bisa pergi dengan gadis cantik itu saya akan menjadi pria paling bahagia didunia.’Kemudian kita menjadi terbiasa. Kami pergi beberapa kali, dan saya menemukan diri saya berkata, “Tuhan, jika saya bisa menyingkirkan gadis ini saya akan menjadi pria paling bahagia yang pernah hidup!” Siapa yang tahu apa yang baik buat manusia?” Pasti kita tidak tahu.

Kemudian pertanyaan kedua, Siapa yang mengetahui apa yang akan terjadi dimasa depan: “Siapa yang bisa mengatakan pada manusia apa yang akan terjadi pada dirinya kemudian?” Siapa yang tahu hasil pilihan kita dimasa depan ? yang diberikan oleh pandangan hidup kita yang terbatas – termasuk yang terpintar dan terpelajar diantara kita – apa urusan kita untuk mengeluh kepada Tuhan bagaimana hidup kita diatur?

Jika kemakmuran tidak selalu baik, seperti yang sudah dinyatakan, maka sama benarnya dengan kesulitan tidak selalu buruk. Jika masa sulit datang, banyak hal baik dan besar bisa dihasilkan pada saat itu

Dalam pasal 7 rangkaian amsal tentang hal baik yang bisa didapat dalam penderitaan. Ini yang pertama:

Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.
{Pengk 7:1 RSV}

Ada permainan kata disini. Kata Ibrani untuk shem , dan kata Ibrani untuk ointment atau parfum adalah shemen . Penyelidik mengatakan bahwa shem yang baik lebih baik daripada shemen yang berharga. Hal ini tentu saja menunjuk pada parfum yang memiliki kemampuan menarik orang lain.

Saya menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih boros dan mengumbar mimpin daripada iklan parfum di TV. Mereka mencoba menyakinkan anda bahwa dengan menyemprotkan sedikit parfum didiri anda akan menyebabkan orang lain bereaksi dengan luar biasa. Orang dari lawan jenis akan mengikuti anda dijalanan, anda akan mengalami pengalaman romantis yang diisi dengan kesenangan sensual – semua ini bisa dirasakan hanya dengan membeli parfum mereka. Ini sangat lucu. Kenapa anda melihat hal seperti ini? Saya melihatnya hanya untuk tujuan ilustrasi!

Dalam amsal ini penyelidik berkata bahwa nama baik sangat berpengaruh. Tidak seperti parfum, yang tidak seperti kenyataan yang diperlihatkan. Nama baik tahan lama. Seseorang akan melewati banyak tempat makan yang baik dan pergi lubang kecil ditembok yang menyediakan makanan dengan harga pantas. Nama baik menarik. Bahkan yang termiskin diantara kita memiliki nama untuk integritas, untuk dipercaya. Bahkan kalau ada pertengkaran dan perdebatan – anda mungkin tidak mampu membeli Chanel No. 5 dan parfum lain yang mahal – tapi anda selalu bisa mendapatkan nama baik.

Aspek lain dari pertentangan adalah pelajaran yang diberikan oleh penderitaan. Ayat 2:

Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia;
hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.
{Pengk 7:2 RSV}

Kalau anda berhadapan dengan kematian anda tidak lagi berurusan dengan masalah sampingan, anda berurusan dengan kenyataan. Kematian membawa kenyataan. Walaupun itu membawa kepedihan, sedih dan tangis, anda akan menyingkirkan aspek hidup yang dangkal dan tidak kekal dan mulai berurusan dengan kenyataan.

Kedua, Penyelidik berkata, penderitaan membawa kebahagiaan Ayat 3:

Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega.
{Pengk 7:3 RSV}

Tidak hanya kebahagiaan tapi hikmat. Ayat 4:

Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria.
{Pengk 7:4 RSV}

Bagaimana bisa begitu? Bagaimana penderitaan, kesedihan, pertengkaran dan kesakitan bisa membawa kebahagiaan dan hikmat? Setiap orang yang sudah melalui semua itu mengetahu kalau itu benar.

Baru-baru ini saya membaca tulisan dari kesaksian hidup John Ehrlichman, Witness To Power . Dia dibawah Richard Nixon, merupakan salah satu orang paling berkuasa di Amerika untuk sementara, tapi dia terlibat dalam kasus Watergate dan dipenjarakan karena perbuatannya selama beberapa waktu yang mengerikan. Saya ingin membaca beberapa baris dari pengakuan hidupnya sebelum dan sesudah peristiwa Watergate, diambil dari bab terakhir bukunya, katanya:

Ketika saya pergi kepenjara, hampir 2 tahun setelah pengadilan, saya memiliki masalah harga diri yang besar.
Saya dulu kejam, direndahkan bergerak disekitar semak dengan baju tentara yang tua, menyekop tanah di padang gurun.
Saya berpikir apakan orang pikir saya berharga untuk hidup...
Selama bertahun-tahun saya mampu kekurangan saya dan kegagalan saya dan tidak melihatnya lagi, tapi selama 2 pengadilan kejahatan yang panjang, saya menghabiskan waktu mendengar penuntut mengatakan pada juri betapa buruknya saya.
Kemudian malam hari say pulang ke kamar hotel duduk sendiri memikirkan tentang apa yang terjadi dengan diri saya.
Selama waktu itu saya mulai memakai kayu.

Dia meneruskannya dengan membicarakan kegagalan pernikahannya, dan bagaimana melarikan diri, mencari perlindungan dipinggiran Oregon yang berangin dan dingin, sewaktu dia dikabin:

Saya tinggal sekitar 2 minggu.
Setiap saya membaca Alkitab, berjalan dipantai dan duduk didepan perapian berpikir dan membuat sketsa, tanpa rencana.
Saya tidak bisa memikirkan kemana semua ini mengarah atau jawaban apa yang saya temukan.
Sebenarnya saya tidak tahu pertanyaannya sebenarnya apa, saya hanua melihat dan mendengar.
Saya sudah tersingkir.
Saya tidak memiliki apapun yang bernilai –
kehormatan, kredibilitas, kejujuran, pengakuan, profesi –
saya juga tidak memiliki kesetiaan pada keluarga saya.
Saya sudah bersiap untuk kehilangan mereka juga….

Dia pindah ke New Mexico dan memulai hidup yang baru di Santa Fe. Inilah kata penutup dari bukunya:

Sejak 1975 saya belajar melihat diri saya.
Saya peduli terhadap integritas, kemampuan mencintai dan dicintai, dan harga diri.
Saya tidak kehilangan Richard Nixon, dan Richard
Nixon mungkin tidak kehilangan saya juga.
Saya bisa mengerti itu.
Saya tidak berusaha untuk berhubungan.
Kita memiliki hubungan professional yang berlangsung semasam yang bisa ada dalam hubungan, dan tidak ada yang mau berada dalam waktu sulit.
Semua selingan, episode Nixon dalam hidup saya telah berakhir.
Secara paradoks saya bersyukur untuk semua itu.
Setidaknya saya bisa melihat semuanya itu dan bertumbuh dalam pengertian untuk sampai kekeadaan saya sekarang.

Betapa suatu konfirmasi yang baik dari apa yang dikatakan Penyelidiki disini Melalui saat sedih dan sulit kita mulai mengerti kenyataan hidup kita.

Tidak heran dia meneruskannya dengan Ayat 5:

Mendengar hardikan orang berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh.
Karena seperti bunyi duri terbakar di bawah kuali, demikian tertawa orang bodoh.
Inipun sia-sia.
{Pengk 7:5-6 RSV}

Seringkali teguran akan lebih menolong daripada lagu yang bodoh dan tawa yang dangkal. Kesulitan bisa sangat bermanfaat bagi kita.

Masih ada keungtungan lain dalam Ayats 7-10:

Sungguh, pemerasan membodohkan orang berhikmat, dan uang suap merusakkan hati.
{Pengk 7:7 RSV}

Disini dia berurusan dengan kesulitan dirinya sendiri. Jika anda menderita ketidakadilan dan seseorang menekan anda, atau jika seorang menyogok orang lain untuk menyerang anda, itu semua sangat berat untuk ditanggung oleh jiwa manusia, anda ingin membalas. Tapi dia berkata, tunggu:

Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya.
Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati.
Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.
{Pengk 7:8-9 RSV}

Saya pikir tidak ada yang lebih membawa masalah daripada cepat marah. Belajar menjadi sabar merupakan pelajaran yang bisa diberikan oleh kesulitan bagi kita.

Kemudian tambahnya,

Janganlah mengatakan: "Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?"
Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.
{Pengk 7:10 RSV}

Melihat kebelakang, semua terlihat baik, tapi melewati semua itu tidak lebih baik dari sekarang. Kenyataannya, 10 tahun dari sekarang anda akan melihat pada saat ini sebagai hari yang baik, jadi ingatlah seperti apa keadaannya

Akhirnya, dia membahas tentang hikmat:

Hikmat adalah sama baiknya dengan warisan dan merupakan suatu keuntungan bagi orang-orang yang melihat matahari.
{Pengk 7:11 RSV}

Yaitu, jika anda belajar untuk bijak dan hati-hati dalam hidup akan menguntungkan anda.

Lanjutnya:

Karena perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang.
[bisa meluputkan anda dari banyak masalah];Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.
{Pengk 7:12 RSV}

Dia mengakuinya. Dari kesulitan bisa ada hikmat, dan semua itu ada keuntungannya. Tapi sekarang dia kembali kekesimpulannya:

Perhatikanlah pekerjaan Allah!
Siapakah dapat meluruskan apa yang telah dibengkokkan-Nya?
{Pengk 7:13 RSV}

Dibawah symbol kebengkokan datang semua yang kita sebut kesulitan – pengalaman menyakitkan, ketidakadilan, kemiskinan, kesakitan, kecelakaan, apapun itu. Pertanyaannya adalah, “Siapakah dapat meluruskan apa yang telah dibengkokkanNya?" Tuhan yang melakukan, dan dia melanjutkan dalam Ayat 14:

Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan
Allah seperti juga hari mujur, {Pengk 7:14a
RSV}

Kemakmuran dan kesulitan datangnya dari tangan Tuhan; hati Bapa yang bijak telah memberikannya kepadamu. Dalam bentuk hymn,

Hari demi hari, moment demi moment Kekuatan kutemukan menghadapi pencobaan;
Percaya pada bijaksana Bapa, Saya tidak khawatir dan takut.

Tuhan sudah memberikan semua ini kepada kita kata Penyelidik. Kita harus belajar menerima dan mengerti kalau Tuhan telah memilikan semuanya ini bagi kita dari kasih dan hikmatNya. Mereka memiliki tujuan khusus, yang diberikan dalam kata terkahir ini:

supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.
{Pengk 7:14b RSV}

Dengan kata lain, Tuhan membuat hidup penuh dengan hal yang tidak terduga sehinga kita menyadari kita tidak mengatur masa depan kita.

Kita tidak bisa menentukan hidup kita. Kebohongan setan yang datang pada kita banyak kali adalah kita mengatur, kita bisa merencanakan, menentukan, mengontrol. Dalam kebebasan kehendak, kita allah, kita bisa mengatur, mengarahkan, mengontrolnya. Dengan kebebasan kehendak yang diberikan Tuhan kita tidak memiliki control mutlak atas semuanya. Tapi pelajaran dari Alkitab, berkali-kali itu tidak benar. Tuhan yang mengatur. Apa yang diberikan kepada kita dibuat untuk menguntungkan. Jelas dalam ajaran Alkitab baik dalam PL maupun PB sama. Bahkan walaupu kesulitan memiliki aspek yang menyakitkan, kita mengerti hal itu datang dari Tuhan yang penuh kasih dan bersyukur untuk hal itu.

Penulis puisi yang tak dikenal menuliskan,

When God wants to drill a man,
And thrill a man,
And skill a man;
When God wants to mold a man To play the noblest part,
When he yearns with all his heart To create so great and bold a man
That all the world shall be amazed, Watch his methods, watch his ways --
How he ruthlessly perfects Whom he royally elects.
How he hammers him and hurts him,
And with mighty blows, converts him Into trial shapes of clay
Which only God understands.
While his tortured heart is crying,
And he lifts beseeching hands.
How he bends but never breaks When his good he undertakes.
How he uses Whom he chooses,
And with every purpose, fuses him, By every act, induces him
To try his splendor out.
God knows what he's about.

Doa:

Terima kasih Bapa, untuk kata bijak ini. Terima kasih untuk cara penekanan dan pengalaman yang dinyatakan pada kita sekarang ini. Karena beberapa dari kami terutama yang mengalami kesakitan, pergumulan, kita berdoa supaya pesan ini bisa menghibur mereka. Untuk mereka yang tidak mengalami kesulitan tapi kemakmuran, kami berdoa agar mereka mengerti kalau semuanya itu dari Tuhan yang penuh kasih untuk kemudian disyukuri dan sadar kalau mereka bisa meninggal besok, tapi hanya Tuhan yang memberikan kebahagiaan. Tolong kami untuk menyingkirkan pencarian materi dan berkonsentrasi pada pengertian dan mengambil berkat kasih dari Engkau. Dalam nama Yesus. Amin