BISAKAH KITA MEMPERCAYAI PEMERINTAH?

Bagian Alkitab yang kita bahas dalam pasal 8 ini membahas langsung fenomena masa kini yaitu mengingkatnya penolakan control pemerintah terhadap individu, terutama control memilih pemuda untuk perang. Anda mungkin tidak menyadari kitab ini berurusan dengan masalah sekarang ini, tapi itu benar. Sewaktu kita melihat bagian Alkitab ini kita berharap mendapat keterangan siapa yang benar, apakah mereka yang berkata, “tidak! Kami tidak akan pergi.” Atau mereka yang berkata, “tidak aneh memakai pakaian tentara!”

Perkataan Penyelidik mengenai hal ini muncul dari suatu bagian yang berurusan dengan pertanyaan seberapa pantas memandang baik dan salah. Kita telah melihat bahwa kemakmuran tidak selalu baik, juga kepahitan tidak selalu buruk. Dalam pasal 7 kita melihat bahwa selain orang benar yang palsu yang ada dalam lingkaran agama sekarang ini, ada hikmat yang benar yang bisa ditemukan.

Sekarang ini, dalam pasal 8, dimulai dengan ayat 2, kita melihat bahwa selain ketidakadilan dalam pemerintahan, bagaimanapun juga, pemerintah memiliki kuasa yang tepat. Kalian semua akan langsung mengenali bahwa hal ini sejalan dengan perkataan Paulus dalam Roma 13 tentang kekuasaan pemerintah. Saya mengutip bagian parallel ini, 7 ayat pertama dalam Roma 13, untuk anda pelajari sendiri.

Pasal 8, Ayat 2:

Patuhilah perintah raja demi sumpahmu kepada Allah.
Janganlah tergesa-gesa pergi dari hadapannya, janganlah bertahan dalam perkara yang jahat, karena ia berbuat apa yang dikehendakinya.
Karena titah raja berkuasa;
siapakah yang akan mengatakan kepadanya: "Apakah yang baginda buat?"
Siapa yang mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan, dan hati orang berhikmat mengetahui waktu pengadilan, {Pengk 8:2-5
RSV}

Dalam bagian yang sangat luar biasa itu, penyelidik yaitu Raja Salomo sendiri, pemimpin bangsa Israel, mengajarkan alasan Alkitab yang besar kenapa kita harus mentaati pemerintah. Alasan pertama yang dinyatakan dalam ayat 2: taat karena anda warga pemerintah itu. Maksudnya, “karena sumpah suci anda.” Setiap warga Negara Amerika mengucapkan sumpah untuk menyatakan dukungan terhadap pemerintah Amerika. Jika anda seorang warga yang mengalami proses naturalisasi anda juga mengucapkan sumpah ketika anda menjadi warga. Jika anda seorang warga asli, anda melaksanakan sumpah itu seperti yang ada dalam Janji Dukungan:

Saya berjanji mendukung bendera Amerika Serikat
Dan kepada Republik dimana itu berdiri...

Inilah yang ditunjukan dalam pasal 8 sebagai “sumpah suci.” Salah satu terjemahan menyatakan seperti ini, “Taati perintah raja seperti sumpah kepada Tuhan.” Ini menggaris bawahi seriusnya kewarganegaraan, yaitu dengan niat baik membagi berkat pemerintahan dalam suatu bangsa seperti kita, kita juga bertanggung jawab untuk taat pada kekuasaan dan hukum pemerintah. Inilah alasan pertama yang diajarkan bagian ini kenapa kita harus mentaati pemerintah.

Ada suatu kejelasan bahwa ini tidak selalu menyenangkan. Aya 2 berkata, “karena sumpah suci janganlah anda putus asa.” Bahwa ada waktu dimana taat pada pemerintah tidak menyenangkan, ketika hal itu berlawanan dengan hal lain yang anda ingin lakukan. Contohnya, dipilih menjadi juri pada saat anda ingin berlibur merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan. Jika anda dihalangi oleh pembatasan wilayah ketika anda ingin membuat perubahan dalam rumah anda, atau bangunan yang ingin anda dirikan, hal itu bukan suatu yang menyenangkan demikian juga dengan membayar pajak ketika anda merasa itu sebagai suatu beban berat.

Ini merupakan pengakuan kepada warga Negara kalau ketaatan tidak didasarkan oleh kenyamanan tapi lebih kepada tanggung jawab yang kita punya karena seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 13, pemerintah ,”dipilih oleh Tuhan” {Rom 13:1 KJV}. Tentunya hal ini bisa sangat tidak menyenangkan. Walaupun ada waktu dimana kita setuju dengan Will Rogers, ketika dia berkata, “kita harus bersyukur walau kita tidak memiliki pemerintah sebanyak yang kita bayarkan!” Bagaimanapun teori dan prinsip pemerintah jelas dibangun dalam Alkitab.

Alasan kedua kenapa kita harus taat pada pemerintah muncul dalam Ayat 3-4: Kita taat pada pemerintah karena mereka memiliki kuasa untuk memaksa kita melakukan sesuatu.

Janganlah tergesa-gesa pergi dari hadapannya, janganlah bertahan dalam perkara yang jahat, karena ia berbuat apa yang dikehendakinya.
Karena titah raja berkuasa;
siapakah yang akan mengatakan kepadanya: "Apakah yang baginda buat?"
{Pengk 8:3-4 RSV}

Kita tidak memiliki raja di Amerika – setidaknya kita tidak menyebutnya seperti itu – tapi kita memiliki kepala Negara dan dia mewakili kuasa dan otoritas pemerintahan. Inilah pengakuan bahwa pemerintah memiliki hak untuk memaksa. Sekali lagi, Paulus menyatakan hal ini dalam Roma 13: “pemerintah” tidak “percuma membawa pedang” {Rom 13:4 RSV}. Pemimpin pemerintahan memiliki hak melakukan itu.

Tidak ada pernyataan yang lebih jelas dan sesuai mengenai hak ini daripada yang ada dalam dokumen kebebasan Amerika, Konstitusi Amerika Serikat dan Deklarasi Kemerdekaan. Apakah anda ingan bagaimana Konstitusi dimulai? Saya harap anda mengingat perkataan ini:

Kami adalah warga Negara Amerika, dalam rangka membentuk kesatuan yang sempurna, menegakkan keadilan, menjamin ketenangan, menyediakan pertahanan umum, memberikan kesejahteraan umum, dan memperkukuh berkat kebebasan diri kita dan keturunan kita, mengangkat dan meneguhkan
Konstitusi ini bagi Negara Amerika

Kata penutup bagi Deklarasi Kemerdekaan berisi petunjuk tujuan dan fungsi pemerintahan:

...
dan kemudian, sebagai Negara bagian yang merdeka dan independent, mereka memiliki kuasa penuh untuk menyatakan perang, menyatakan damai, perjanjian persahabatan, membangun perdagangan, dan melakukan tindakan lain yang adalah hak dari
Negara bagian yang independent.
Dan untuk mendukung deklarasi ini, dengan bersandar pada
Pemeliharaan Ilahi, kami menanggung hidup kita bersama, keuntungan, dan kehormatan kami.

Bapa Pendiri Bangsa kami mengakui apa yang dengan jelas dinyatakan Alkitab, bahwa pemerintah dipilih oleh Tuhan; dia memiliki kuasa untuk berfungsi seperti itu, dan warga Negara bertanggung jawab untuk taat, tidak hanya karena sumpah sucinya, tapi juga karena pemerintah memiliki kuasa untuk memaksa.

Alasan ketiga, muncul dari:

Siapa yang mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan, dan hati orang berhikmat mengetahui waktu pengadilan, {Pengk 8:5
RSV}

Merupakan hal yang bijaksana untuk taat pada pemerintah. Ketaatan harus dilakukan. Bagaimana dan kapanpun. (kita akan membahasnya kemudian) Tapi alasan lain untuk taat adalah kita akan lolos dari gangguan tambahan dari kuasa pemerintah. Saya memiliki teman yang kena tilang karena ngebut. Dia tidak menanggapinya, berpikir bahwa hal itu tidak akan muncul lagi. (saya menemukan orang sekarang tidak menganggap kertas tilang itu.) Denda aslinya 25 dollar, tapi karena dia tidak mempedulikannya, beberapa bulan kemudian dia mendapatkan pemberitahuan tambahan yang mengatakan kalau dendanya bertambah menjadi 145 dollar, yang menunjukan dampak jelas dari ketidak peduliannya, makin lama makin mahal. Inilah apa yang ingin dikatakan ayat ini. Teman saya belajar pelajaran yang penting: pemerintah memiliki kuasa untuk memaksa; dan cara untuk lolos dari gangguan itu adalah taat pada pemerintah dan membayar denda; ketaatan dibutuhkan seperti kepada Tuhan.

Selanjutnya terserah anda, waktu dan caranya dikembangkan dalam Ayat 5-6:

...
dan hati orang berhikmat mengetahui waktu pengadilan, karena untuk segala sesuatu ada waktu pengadilan, dan kejahatan manusia menekan dirinya.
{Pengk 8:5b-6 RSV}

Itu membawa kita kembali pada pasal 3, dimana kita dikatakan bahwa segala sesuatu ada waktu dan tempat, bahwa dalam rencana Tuhan yang besar bagi setiap hidup individu ada pemeliharaan yang diberikan untuk kepedihan dan sukacita, bagi tangisan dan tawa, bagi perang dan damai. Disini kita diingatkan tentang hal itu: “Segala sesuatu ada waktu dan caranya.”

Tapi kita diberikan kebebasan tertentu dalam hal ini seperti waktu dan cara kita taat. Kata “manusia tertekan,” menyatakan bahwa tidak selalu mudah untuk mengetahui bagaimana untuk taat, atau ketika seorang seharusnya taat. Ada banyak factor yang mempengaruhinya, terutama dalam hal ini kita menghadapi hal yang lebih berat. Kapan dan bagaimana hal ini seharunya dilaksanakan.

Fakta bahwa itu sulit juga merupakan bagian dari program Tuhan. Sebagai orang percaya, kita harus mengerti bahwa tidak selalu mudah mengetahui keinginan Tuhan. Dia tidak menginginkan hal itu menjadi mudah. Kita bukan robot, yang diberikan perintah untuk pergi kesana sini, dan tidak memiliki pilihan dalam hal ini. Tuhan jelas tidak ingin anak seperti itu; Dia yang mengatakan hal itu. Tapi itu hal yang kita minta ketika kita berkata pada Tuhan, “Tunjukanlah apa yang Engkau kehendaki aku perbuat dan aku akan melakukannya.” Dengan kata lain, “Paksa aku; berikan aku perintah dan aku akan jalankan. Kita sering bergumul, mengevaluasi, menimbang, berpikir dan bingung apa yang harus dilakukan. Tuhan ingin seperti itu, itu bagian dari rencanaNya.

Waktunya tidak selalu ditentukan oleh kita. Seringkali hukum menentukan waktu tertentu yang sudah ditetapkan. Jika anda harus mendaftar untuk suatu rencana, anda memilik jangka waktu tertentu untuk melakukannya; jika anda harus membayar pajak, anda memiliki jangka waktu tertentu. Tapi penyelidik berkata bahwa cara itu bisa dilakukan oleh “orang bijak” Walaupun tidak salah mengambil kesempatan dari syarat pelepasan kesulitan, seperti yang bisa dimasukan dalam rancangan hukum cara untuk taat bisa ditemukan dalam setiap keadaan individu jika seorang berjalan dalam hikmat Tuhan.

Faktor lain yang mempengaruhi kita ditemukan dalam Ayat 7:

Sesungguhnya, ia tak mengetahui apa yang akan terjadi, karena siapakah yang akan mengatakan kepadanya bagaimana itu akan terjadi?
{Pengk 8:7 RSV}

Hal itu memunculkan ketidakpastian sebagai hasil dari ketaatan pada pemerintah. Salah satu alasan kita bebas menentukan taat pada pemerintah atau tidak adalah kita tidak selalu mengetahui apa yang dikehendaki Tuhan dari ketaatan kita. Dia mungkin memiliki berkat yang datang dari hubungan ketaatan yang tidak bisa kita ramalkan.

Sebagai seorang muda umur 20 an selama Perang Dunia II, saya ingat berhadapan dengan pertanyaan tentang rancangan. Pada waktu itu saya sedang bekerja dalam industri jalan, yang memang mengijinkan saya menundanya karena industri itu sangat penting dalam perang. Tapi sewaktu perang terjadi dan saya melihat teman saya mendaftar untuk ikut, saya merasa tidak nyaman dengan penundaan itu.

Akhirnya saya masuk angkatan bersenjata. Walaupun saya tidak yakin apakah yang saya lakukan benar atau tida, saya merasa saya harus bergabung. Apa yang tidak saya mengerti atau sadari adalah tindakan yang saya ambil membuka pintu yang memberikan saya suatu kesempatan besar untuk mengajar Alkitab pada mereka yang sangat membutuhkan pengajaran itu. Saya ditempatkan di Pearl Harbor, dan dari pelabuhan itu lewat pelaut dari armadaPacific, banyak dari mereka pemuda Kristen yang telah memenangkan yang lain bagi Kristus dalam kapal mereka. Bersama dengan yang lain, saya mendapat kesempatan memiliki kelas Alkitab dengan ratusan pelaut terlibat. Semua ini terbuka bagi saya karena saya seorang warga angkatan laut Amerika.

Lebih jauh, saya tidak tahu diakhir perang saya diberikan GI Bill of Rights, yang memberikan saya cukup uang untuk membayar pelatihan seminari saya. Kenyataannya, sangat luar biasa kalau saat saya diangkatan bersenjata menyediakan saya cukup uang untuk 4 tahun di seminari; bulan saat saya lulus dari seminari GI Bill habis. Saya tidak bisa meramalkan semuanya itu, tapi Tuhan bisa. Jadi mungkin sekali hasil yang tidak terduga akan mengikuti ketaatan pada hal yang sudah Tuhan tentukan bagi kita berkaitan dengan pemerintah.

Dalam ayat 8 penyelidik menghadapi point yang lengket: kemungkinan kehilangan nyawa dalam ketaatan pada pemerintah dinyatakan dalam:

Tiada seorangpun berkuasa menahan angin dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian.
Tak ada istirahat dalam peperangan, dan kefasikan tidak melepaskan orang yang melakukannya.
{Pengk 8:8 RSV}

Itu ayat yang luar biasa. 3 hal jelas dikatakan. Pertama, kematian sepenuhnya ada ditangan Tuhan. Dia bisa mengambil seseorang ditengah pemboman yang mengerikan dan juga menyelamatkan seseorang sedangkan ratusan lainnya mati. Banyak pelaut atau tentara berkata pada dirinya, “kenapa saya selama ketika semua teman saya terbunuh? Apa yang direncanakan Tuhan sehingga dia mengijinkan aku selamat?” Saya menanyakan hal itu pada diri saya, sebagai seorang Kristen yang baik yang banyak melihat kapal karam dalam perang pasifik di Perang Dunia II. Saya harus bertanya, “kenapa bukan saya dikapal itu?” Banyak tentara harus menghadapi kenyataan bahwa Tuhan berkata kepadanya, “Aku ingin menggunakan hidupmu.” Tuhan mampu menyediakannya. Ayat itu jelas mengatakan bahwa kematian sepenuhnya ada dalam tanganNya. Tidak ada manusia yang memiliki kuasa menahan roh ketika Tuhan memanggilnya pulang; tidak ada yang memiliki otoritas untuk memilih hari kematiannya; itu sepenuhnya ditangan Tuhan. Itulah salah satu hiburan terbesar yang harus dipertimbangkan orang Kristen yang memenuhi wajib militer.

Poin kedua yang dinyatakan ayat ini adalah kebebasan waktu dalam perang. Perang adalah usaha sepenuhnya dari suatu bangsa untuk mempertahankan integritas dan nilai, dan itu membutuhkan komitmen sepenuh hati dari seluruh warga; tidak ada jalan keluar lain.

Kemarin malam saya menonton film diTV, The Execution of Private Slovik , kisah nyata tentang satu-satunya tentara yang dieksekusi karena desersi. Pemuda ini mengalami waktu yang sulit dalam hidupnya, yang akhirnya menemukan kebahagiaan dengan istri barunya, dan ketika dia diwajibkan militer kepeperangan. Dia terguncang dengan pengalaman itu dan menolak perang; dia meletakan senjata dan melarikan diri. Akhirnya, dia ditangkap dan dihukum karena desersi. Bukti nyata dari film itu adalah setiap orang yang terlibat dari sudut pandang pemerintah sangat ingin mempertahankan nyawanya. Tapi itu menjadi sangat jelas bahwa dengan mengijinkan dia melarikan diri akan melemahkan seluruh system dan membuka pintu bagi yang lain untuk menolak ikut perang. Itu adalah keputusan pengadilan kalau dia harus dieksekusi. Akhirnya hidupnya diambil, bukti dari apa yang dikatakan Alkitab: “tidak ada kebebasan dalam perang.” Ketika suatu bangsa menghadapi masa bahaya adalah tugas setiap warganya untuk membela.

Tapi ini tidak membenarkan kejahatan perang apapun: “tidak ada kefasikan [dalam konteks kejahatan militer, ketidaktaatan terhadap hukum hidup] menghabisi mereka yang ikut.” Seorang tentara bisa bersalah karena membunuh masyarakat biasa; dia bisa melanggar hukum keadilan ketika dia memakai seragam dan ketika dia terlibat dalam perang. Ayat ini mengetahui kenyataan bahwa penyimpangan jahat tidak dibenarkan.

Banyak yang tidak nyaman pada poin ini. Anda mungkin bertanya, “apakah itu berarti pemerintah selalu benar? Apakah pemerintah bisa salah?” Penyelidik menyatakannya dalam bagian berikut. Ayat 9:

Semua ini telah kulihat dan aku memberi perhatian kepada segala perbuatan yang dilakukan di bawah matahari, ketika orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka.
{Pengk 8:9 RSV}

Itu merupakan pengakuan jujur bahwa ada kejahatan dalam pemerintahan : “ketika orang yang satu menguasai orang lain hingga ia celaka” John Kenneth Galbraith mengatakannya dengan sangat tepat, “Dalam Kapitalism manusia mengeksploitasi manusia; Dalam komunisme merupakan kebalikannya.” Disitu dia menyatakan kejahatan yang sudah universal.

Semua pemerintahan jahat, tapi darimana kejahatan itu muncul? Itu tidak berarti bahwa pemerintah itu sendiri salah. Pemerintah berasal dari Tuhan, Alkitab baik PL maupun PB mengatakan demikian. Tapi kejahatan dalam pemerintahan muncul dari kejahatan dalam manusia yang sudah jatuh, hidup dalam dunia yang sudah jatuh. Siapa yang dari kita bebas dari kejahatan ? Siapa yang dari kita bisa mengklaim sama sekali tidak berdosa terhadap semua yang kita lakukan? Tidak seorangpun. Tidak ada yang benar, penyelidik menemukannya, tidak ada yang tidak berbuat dosa. Tidak ada pemerintah yang tidak memiliki kejahatan didalamnya.

Dia memberikan 2 contoh mencolok dalam ayat 10-11:

Aku melihat juga orang-orang fasik yang akan dikuburkan boleh masuk, sedangkan orang yang berlaku benar harus pergi dari tempat yang kudus dan dilupakan dalam kota.
Inipun sia-sia.
{Pengk 8:10 RSV}

Dia baru saja pergi kepemakaman seorang pemimpin pemerintahan yang penting, seorang yang dikenal sebagai tidak bermoral, walau didepan kelihatan suci dan benar apalagi sewaktu keluar masuk bait suci. Tapi di pemakamannya dia dipuji, dimuliakan; tidak satupun kejahatannya disebutkan. Itulah kejahatan.

Kita memiliki contoh seperti itu pada pemakaman President Brezhnev dari Soviet Union. Dia sendiri yang memberikan perintah menginvasi Afghanistan, dan penghancuran milyaran orang diberbagai belahan bumi, tapi semua itu tidak disebutkan pada saat pemakamannya. Tapi dia menerima penghormatan besar, dan dimakamkan sebagai pahlawan di Soviet Union. Kita tidak menuduh Rusia; kita juga melakukan hal yang sama disini. Kita memiliki banyak orang tak bermoral yang dimakamkan dalam kuburan yang terhormat, yang diingat sebagai pemimpin besar, tapi sebenarnya adalah seorang yang jahat dan kejam. Saya teringat cerita seorang wanita yang pada saat pemakaman suaminya, yang adalah seorang criminal. Mendengar pujian tentang betapa baiknya suaminya, dia berkata pada anaknya, “Pergi lihat apakah bapakmu yang ada dipeti jenasah!"

Contoh kedua ada dalam ayat 11:

Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.
{Pengk 8:11 RSV}

Betapa jujur dan tepat pengamatannya terhadap kehidupan manusia! Kita menemukan banyak sekali contoh tentang penundaan keadilan yang mengijinkan kejahatan dan criminal diberi semangat. Ketika keadilan ditunda atau digagalkan dengan cara apapun, ketika hakim melepaskan criminal karena alasan teknikal walau sudah jelas bahwa mereka salah karena kejahatan besar, hal ini hanya akan mendorong kejahatan lebih banyak. Ini adalah gambaran jelas dari kejahatan yang ada dalam pemerintahan.

Tapi Penyelidik juga menemukan alasan untuk bersabar yang ada dalam 2 janji berikut. Ayat 12-14:

Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan
Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya.
Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah.
Ada suatu kesia-siaan yang terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang menerima ganjaran yang layak untuk perbuatan orang fasik, [orang benar diperlakukan seperti orang fasik] dan ada orang-orang fasik yang menerima pahala yang layak untuk perbuatan orang benar.
[yang sudah jelas penjahat diperlakukan seperti mereka yang benar]
Aku berkata: "Inipun sia-sia!"
{Pengk 8:12-14 RSV}

Dia jelas mengakui hal ini, tapi ada 2 hal yang menguatkan dia. Satu, Tuhan akan memelihara milikNya apapun yang terjadi pada tubuh mereka. Yesus berkata pada muridNya, “Jangan takut pada mereka yang bisa membunuh tubuh tapi tidak bisa membunuh jiwa; tapi takutlah pada Dia yang bisa membinasakan baik tubuh maupun jiwa kedalam neraka,” (Matt 10:28{RSV}). Itulah klaim yang Tuhan berikan yang menjadi patokan untuk menghadapi ancaman manusia; kita harus berjalan dalam terang itu. Tuhan mampu menjaga milikNya. Dalam mata Tuhan, apa yang terjadi atas tubuh kita tidak sepenting apa yang terjadi dalam kita. Mereka yang berjalan dalam takut akan Tuhan – kita mengerti kata takut ini sebagai, kasih, hormat, dan keinginan untuk taat – akan dipelihara oleh Tuhan apapun yang terjadi pada tubuh mereka.

Tapi hal kedua, Tuhan akan menghakimi yang salah pada waktu yang telah ditetapkanNya. Walaupun orang berdosa kelihatannya lolos walaupun membunuh, dan melakukannya ratusan kali, tapi Tuhan melihat; perhitungan akan dibuat. Walaupun kenyataannya berbeda saat itu – orang jahat mendapat apa yang seharusnya didapat orang benar, orang benar mendapat apa yang seharusnya didapat orang jahat – tapi janji bahwa orang jahat “tidak akan memperpanjang hidupnya seperti bayang.” Itu merupakan kalimat yang menarik yang saya pikir berkaitan dengan pengaruh orang jahat setelah kematiannya. “Hidup seperti suatu bayang.” Bukan hidup sebenarnya; itu adalah pengaruh seorang manusia setelah mati. Membaca jalannya sejarah, sangat menakjubkan untuk diketahui bahwa mereka mungkin dipuji dan dihormati selama hidup mereka, bersama dengan kematiannya orang jahat selalu diperlihatkan dengan apa yang telah mereka lakukan dan siapa mereka sebenarnya. Adolf Hitler dan semua nazi yang berkaitan dengan mereka sekarang dibenci dan dibuang disebagian besar dunia; mereka tidak bisa memperpanjang hidup mereka seperti bayang. Tuhan bekerja dalam hidup untuk membawa kebenaran dan keadilan dalam terangNya.

Jadi sekarang Penyelidik sampai pada kesimpulan sebenarnya – disinilah kitab ini kembali terus menerus – dalam Ayat 15:

Oleh sebab itu aku memuji kesukaan, karena tak ada kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari, kecuali makan dan minum dan bersukaria.
Itu yang menyertainya di dalam jerih payahnya seumur hidupnya yang diberikan
Allah kepadanya di bawah matahari.
{Pengk 8:15 RSV}

Jangan salah mengerti. Itu bukan pembenaran untuk melakukannya sekarang dan berkata, “makan, minum dan bersenang-senang karena besok kita akan mati.” Filosofi itu didasarkan atas kebohongan, ilusi bahwa kesenangan datang dari keadaan yang menyenangkan. Jika kitab ini mengajarkan sesuatu maka dia akan mengatakan itu tidak benar. Kebahagiaan tidak datang dari kesenangan, keadaan yang menyenangkan, dimana semuanya berjalan seperti yang kita inginkan. Itu apa yang dunia percaya; itu yang mendasari semua TV dan iklan sekarang ini. Tidak, menurut kitab ini, kebahagiaan adalah anugrah Tuhan yang bisa dirasakan walaupun dalam keadaaan yang buruk; itulah mengapa dia mendorong kita untuk itu. Kebahagiaan sejati, kepuasan sejati tidak datang dari keadaan yang seluruhnya anda kehendaki. Itu datang pada apapun yang sedang terjadi, sebagai karunia dari Tuhan yang dalam hubungannya dengan anda mampu memberikan anda kedamaian dan kepuasan dalam jiwa anda ditengah tekanan, masalah dan bahaya hidup.

Pasti inilah yang dimaksud Paulus dalam Filipi: “aku telah belajar rahasia dalam hal sudah maupun kelimpahan," {cf, Phil 4:12}.Apa rahasianya? Dia katakana: “aku bisa melakukannnya dalam Kristus yang memampukan aku,”{Phil 4:12 RSV}. Itulah kekuatan dari dalam, melalui hubungan dengan Tuhan yang hidup yang adalah rahasia kepuasan, baik anda susah maupun kelimpahan; kenyataan bahwa Bapa yang penuh kasih bekerja dengan tujuan yang tidak bisa diketahui, yang tidak bisa anda tebak atau perkirakan, melalui masalah sulit dan keadaan yang anda sedang jalani.

Beberapa dari anda sedang menjalani waktu seperti itu. Beberapa pemuda menghadai masalah peraturan dan takut apa yang akan terjadi; itu tidak menyenangkan, itu mengganggu urusan hidup. Tapi banyak hal seperti itu: kecelakaan bisa melakukan itu. Hidup harus dimengerti. Keagungan Alkitab adalah dia tidak mencoba untuk menghindari kehidupan, tapi tapi menutupinya dengan cadar, mendandaninya sehingga terlihat berbeda. Alkitab menghadapi hidup seperti apa adanya, tapi menyatakan pada kita kalau Tuhan telah menyediakan jawaban dan jawaban itu bisa ditemukan oleh mereka yang mengetahui cara berjalan bersama dengan Dia, takut akan Dia, percaya padaNya dan menyerahkan hidup mereka kedalam tanganNya. Ini tidak mengeluarkan kita dari pergumulan hidup, atau dari kebutuhan membuat keputusan, tapi itu meyakinkan kita kalau mereka yang melakukannya akan menemukan sumber kepuasan dan itu adalah karunia dari Tuhan.

Doa:

Terima kasih Bapa untuk kesetiaanmu pada kami. Betapa kami anak yang begitu sedikit mengerti hidup sehingga sering bingung, banyak sekali waktu kebinggungan yang kami hadapi, dan kadang sakit hati, kadang marah karena tidak semua berjalan sesuai yang kami pikir. Ampuni kami, dan tolong kami untuk percaya, mengetahui dan belajar untuk menyadari bahwa FirmanMu selalu benar Engkau pasti bersama dengan kami dan apa yang Enkau janjikan pasti terjadi kalau kita percaya dan taat. Kami berdoa dalam nama Yesus. Amin