AH, MISTERI HIDUP YANG MANIS

Bagian kitab Pengkhotbah yang kita bahas sekarang berkaitan dengan misteri, teka-teki yang kita hadapi dalam berbagai situasi dalam hidup,situasi yang membuat kita bertanya, “kenapa? Kenapa harus terjadi pada saya?”

Beberapa dari anda pernah muda seperti lagu dari Victor Herbert ditulis bertahun-tahun yang lalu, Ah, Sweet Mystery of Life . Jawaban dia terhadap misteri hidup adalah cinta: "karena hanya cinta yang dicari dunia; dan hanya cinta yang bisa membalas.” Tapi penyelidik kita Raja Salomo dalam pencariannya mengerti teka-teki hidup tidak setuju dengan hal itu. Dia menemukan bahwa rahasia hidup adalah arti, kepuasan hidup seseorang. Disitulah terletak jawabannya.

Bagian ini dimulai dengan ayat 6 pasal 8, menandai akhir dari 4 pembagian besar dari kitab Pengkhotbah. Dari sini sampai akhir kitab, penulis tidak mengatakan hal baru. Dia hanya mengulangi dan memperluas pernyataan yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa arti hidup ditemukan hanya dalam hubungan sehari-hari dengan Tuhan yang hidup. Dalam bagian ini dia ingin mengingatkan kita bahwa kita harus menyadari hidup yang sebenarnya dan tidak mencoba untuk mengerti semuanya. Disini dia memberikan kita 4 alasan yang baik untuk tidak mencoba menyelesaikan semua masalah yang diberikan hidup pada kita.

Alasan pertama ditemukan diakhir pasal 8, bermula dengan ayat 16:

Ketika aku memberi perhatianku untuk memahami hikmat dan melihat kegiatan yang dilakukan orang di dunia tanpa mengantuk siang malam, maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan
Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari.
Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan menyelaminya.
Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya.
{Pengk 8:16-17 RSV}

Penyelidik menyatakannya dengan jelas: hidup terlalu rumit, terlalu luas, terlalu dipenuhi dengan elemen yang saling bertentangan untuk bisa dijawab semuanya. Bahkan kerja keraspun tidak bisa menyelesaikan semua misteri hidup. Walaupun kita terbangun sepanjang hari dan malam, mencoba memikirkan dan mengerti peristiwa rumit yang terjadi dalam hidup kita, kita tidak bisa sepenuhnya mengerti.

Alkitab tidak memaksa untuk mencoba mengerti hidup. Tapi mengejar pengetahuan yang ditekankan dalam Alkitab. Kita tidak boleh mempraktekan perilaku anti intelektualism yang ditunjukan oleh beberapa segmen dari kekristenan sekarang ini. Pikiran itu penting. Kita berpikir tentang apa yang Tuhan lakukan dan apa yang diberikan kehidupan pada kita. Tapi kita harus selalu ingat, seperti yang dinyatakan disini, bahwa tidak pedulu betapa besar kita berpikir tentang hidup, misteri tetap ada. Kita tidak memiliki data yang cukup juga tidak memiliki cukup kemampuan untuk melihat keseluruhan hidup dan menjawab semua pertanyaannya. Kita harus puas dengan beberapa misteri.

Walaupun kalimat ini ditulis oleh orang paling bijak dahulu kala, seorang yang mendapat reputasi diseluruh kerajaannya sebagai Raja Isreal, tapi dia mengakui kalau manusia tidak bisa mengetahui semua jawaban. Dia bahkan berkata bahwa kepintaran tidak bisa membuka misteri kehidupan: “betapa keras usaha manusia dalam mencari dia tidak akan menemukannya.” Kita tetap akan mengerutkan dahi, menggaruk kepala, dan bertanya selamanya, “kenapa?”

Bahkan ketika manusia menyatakan mengetahui jawaban dibalik apa yang terjadi pada kita, mereka hanya menipu diri mereka. Itu adalah pernyataan yang sangat besar. Banyak orang tidak mau menerima kebenaran Alkitab sampai mereka mengerti semua yang ada didalamnya. Tapi jika anda mau menunggu untuk itu anda tidak bisa melakukannya. Walaupun kitab ini ditulis hampir 2500 tahun lalu itu tetap benarm bahwa dalam dunia kita yang sudah maju, tidak ada yang bisa menjawab semuanya.

Sekarang, banyak harapan kalau computer akan menyelesaikan misteri hidup. Harapan besar kemanusiaan terlihat disekitra penemuan ini, computer, dengan kemampuananya untuk melakukan hal diluar kemampuan manusia. Saya tidak menolak keajaiban ilmu computer; itu telah merubah seluruh arah zaman kita. Tapi bahkan computer dengan kemampuan mereka memperoleh pengetahuan dalam micro chip berisi informasi yang bisa dicetal, mungkin seluruh perpustakaan tidak bisa menyelesaikan semua masalah hidup. Hidup terlalu rumit

Ketika anda berpikir tentang hidup anda, tentang berapa banyak hal yang telah terjadi kepada anda dimana anda tidak memiliki control terhadapnya, dan dimana harus jatuh pada pola yang sama sebelum mereka bisa melewatinya, bahkan peristiwa yang tidak anda kira, anda bisa melihat kebenaran dari kalimat ini. Tidak seorangpun bisa menjawab semuanya. Luis Palau sering berkata tentang banyak kejadian yang harus terjadi bersama saya, hampir setengah abad lalu, disuatu kota di northern Argentina. Kami bertemu dalam cara yang sederahan, tapi peristiwa itu merubah hidup kami. Pertemuan itu memunculkan dia kepada pelayanan injili sedunia, dan ribuan datang pada Kristus sebagai hasilnya. Kenapa itu bisa terjadi? Sejauh ingatan Luis, itu semua tergantung pada keputusan sederhana untuk pergi atau tidak kesuatu pertemuan pagi itu. Bagaimana kita bisa mengerti gabungan kesederhanaan dan kerumitan itu? Quoheleth berpendapat bahwa hidup terlalu rumit bagi kita untuk menemukan semua jawaban dan mengerti semua misteri. Kita harus belajar menangis seperti Rasul Paulus, “O,betapa dalam kekayaan dan hikmat dan pengetahuan Tuhan! Betapa tak terselami penilaian dan betapa ajaib jalanNya!" {Rom 11:31 RSV}

Quoheleth memiliki pendapat kedua dalam pasal 9 ayat 1 yang mencerminkan kalimat yang baru kita petik dari Paulus:

Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah;
manusia tidak mengetahui apapun yang dihadapinya {Pengk 9:1a
RSV}

" Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa,” katanya. “saya sampai pada kesimpulan bahwa walaupun kita bisa mengerti kita ada dalam tangan Tuhan, sangat sulit untuk mengetahui dari peristiwa yang terjadi pada kita apakah kita mendapat persetujuanNya atau tidak setuju."

Hal ini telah dikatakan berulang kali dalam kitab ini. Kita telah melihat bahwa kemakmuran tidak selalu menjadi tanda kalau Tuhan secara khusus senang terhadap anda; bahwa orang jahat sering makmur. Kesulitan sebaliknya tidak selalu menjadi tanda anda sedang dihukum oleh Tuhan. Kitab Ayub merupakan bukti dari hal ini. Ketiga penyiksa Ayub yang disebut “teman” yakin kalau apa yang terjadi pada dirinya merupakan tanda Tuhan marah pada dirinya dan menghukum dia karena dia berdosa. Tapi pada akhir kitab itu jelas mereka salah menilainya. Semua penderitaan, semua masalah pribadi, tidak selalu datang – walaupun kadang memang begitu – merupakan hasil ketidaksetujuan Tuhan terhadap suatu hal dalam hidup kita.

Jadi sekali lagi, kita harus belajar untuk hidup dengan misteri. Kita tidak cukup pintar, kita tidak cukup melihat, kita tidak cukup mengerti. Tidak ada alat teknologi bisa menjawab semua pertanyaan. Jadi kita harus setuju dengan kata Tuhan, “PikiranKu bukan pikiranmu, jalanKu bukan jalanmu,” (Isa 55:8). Itu salah satu pelajaran terberat dalam hidup. Kita berpikir bahwa karena Tuhan mengatakan pada kita beberapa hal tentang diriNya kita bisa mengetahui apa yang sedang Dia kerjakan. Kita harus menolak itu; kita tidak bisa “karena surga lebih tinggi dari bumu, juga jalanku lebih tinggi dari jalanmu dan pikiranku dari pikiranmu,” (Isa 55:9). Tuhan tidak pernah salah, Dia tidak bisa berlawanan dengan apa yang dikatakanNya. Kita tidak cukup pintar untuk selalu bisa memperkirakan atau mengantisipasinya.

Pada permulaan bagian akhir ayat 1 dan terus sampai ayat 6 ada bagian dimana Penyelidik menghadapi kematian sebagai misteri terbesar hiduip. Ini suatu bagian yang muram. Membaca keseluruhan kitab kita bisa perhatikan bahwa penulis kelihatan sangat tertarik dengan masalah kematian. Kita tidak terbiasa dengan hal itu sekarang ini. Kita hidup dimasa sangat sibuk melupakan kematian. Kita merancang bermacam alasan sehingga kita bisa sementara menjaga ilusi bahwa kita akan hidup terus. Tapi Alkitab sangat jujur dan realistis mengenai hidup, kalau mereka harus menghadapi kenyataan kematian. Kita melihat hal itu dalam bagian ini:

Segala sesuatu sama bagi sekalian;
nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban.
Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa;
sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.
Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari;
nasib semua orang sama.
Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.
{Pengk 9:1b-3 RSV}

Pernyataannya, pada dasarnya penyeimbang yang baik. Tidak peduli apakah kita benar atau salah, baik atau buruk tidak masalah, kematian akan datang bagi kita semua. Kematian merupakan bukti kuat bahwa ada sesuatu yang salah dengan kemanusiaan, itu mendorong kita menghadapi kenyataan.

Sebagai seorang pastor, saya memperhatikan bahwa orang yang bukan Kristen, terutama, sangat tidak nyaman dengan pemakaman. Mereka gugup dan tegang, mereka ingin cepat menyelesaikannya dan kembali kebar setempat, keruang mereka yang nyaman, atau apapun. Melihat fenomena itu, saya bertanya pada diri saya ada apa dalam pemakaman yang membuat mereka sangat gugup? Jawaban yang datang adalah pemakaman merupakan salah satu peristiwa dimana seseorang tidak bisa melarikan diri dari kenyataan. Pemakaman merupakan bukti kita tidak mengatur hidup kita sendiri. Sangat sedikit dari kita memilih mati jika kita memiliki banyak cara mempertahankannya, tapi itu tetap akan berakhir. Itulah yang membuat orang tidak nyaman dan ingin segera balik pada ilusi kehidupan yang nyaman.

Kenyataan bahwa kematian merengut baik orang baik dan buruk menurut pernyataan disini memaksa kita untuk menghadapi kejahatan dalam kita. Perhatikan pernyataan Penyelidik: "juga hati manusia penuh kejahatanm dan kegilaan hati mereka selama mereka hidup " (Ayat 3b). Itulah alasan kematian. Menurut Alkitab kematian datang karena dosa: “Dosa datang kedalam dunia…..dan kematian karena dosa," (Rom 5:12). Kematian menyebar keseluruh kemanusiaa karena ada kejahatan dalam kita.

Kematian kita sumbat keras, kasar, yang menolak untuk masuk kedalam lubang yang kita rencanakan bagi masa depan kita; pasir dalam tiram yang mengganggu kita dan membuat jiwa kita protes terhadap hal itu. Kenapa kita harus belajar semua pelajaran ini, dan ketika kita telah mempelajarinya kita harus menyerahkannya dan tidak ada kesempatan untuk mempraktekannya? Sesuatu seperti itulah yang membuat kita protes.

Jika kita percaya kebohongan umum saat ini – yang ada didepan kita setiap waktu melalui media – bahwa kita pantas hidup, kemudian ketika kita hampir mati hidup kita mengingatkan kita bahwa itu tidaklah demikian. Dalam pandangan Tuhan kita tidak pantas hidup. Jika kita diijinkan hidup itu adalah karunia Tuhan, bukan sesuatu yang kita dapat sendiri. Sesuatu dalam kita pantas mati; itulah yang dinyatakan oleh kematian.

Kenyataan bahwa seseorang kelihatan beragama. Itulah kenapa manusia tidak bisa hidup seperti binatang. Bahkan buat mereka yang menyatakan diri ateis, dan mencoba untuk bertindak dan hidup seperti Tuhan, memberikan bukti dari waktu ke waktu bahwa mereka sebenarnya tidak percaya hal itu. Setelah kematian seorang – mereka tidak tahu siapa atau apa – menanti mereka, sehingga mereka tidak nyaman dengan ide ateisme. Mereka harus menemukan jawaban persoalan hidup, dan kematian merupakan kekuatan untuk memaksa mereka berbuat itu.

Saya menemukan artikel oleh Brooks Alexander, dari Spiritual Counterfeits group di Berkeley, memiliki pernyataan yang luar biasa tentang tema ini. Mari saya bagikan kepada anda:

Kematian itu seperti yang dibicarakan manusia, perpisahan akhir dan total, sehingga kesadaran akhir itu mengejutkan usaha kita menemukan rasa atau nilai dalam bentuk hidup disini dan sekarang.

Ketika seorang mencoba hidup hanya untuk dirinya, ketika semua nilai mereka dipusatkan disini dan mereka tidak melihat sesuatu diluar itu, mereka tidak bisa menyelesaikan teka-teki kehidupan. Hal itu masuk pada mereka adalah fakta kematian; mereak tidak bisa menemukan filosofi yang tepat yang menghibur dan memuaskan mereka ketika mereka mati

Lanjut Brooks Alexander:

Sewaktu hal itu merayap masuk kedalam pengalaman kita, itu membawa keyakinan akan kehancuran, kekhawatiran dan pengasingan kedalam keberadaan kita.
Semua agama merupakan suatu usaha masuk kedalam kehidupan kita yang diperkenalkan oleh kemungkinan kepastian kematian.

Sepertinya kita merasakan peristiwa ini walaupun kita tidak ingin membicarakannya. Kita memiliki jawaban dan itulah yang membuat kita beragama. Dia melanjutkan:

Kemanusiaan tidak bisa lari dari respon agama terhadap kondisi tersebut, karena manusia tidak bisa lari dari fakta mereka harus mati.
Respon keagamaan ini secara khusus mencari dasar kesamaan yang memampukan kita menangkap harmoni yang diluar ketidaksatuan arti yang meretakan semua harapan dan kesenangan kita.

Semua pernyataan yang dalam itu hanya berarti bahwa kita tidak nyaman dan bahagia sampai kita menemukan jawaban diluar diri kita yang akan memberikan kesatuan bagi hidup kita baik sekarang dan yang akan datang. Maka dari itu kita menjadi mahluk rohani. Ini merupakan bagian yang muram, saya akui, tapi ini salah satu yang harus kita hadapi jika kita ingin realistis terhadap peristiwa.

Perhatikan bagaimana kemudian Quoheleth , melanjutkannya:

Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.
Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.
{Pengk 9:4-6 RSV}

Hal ini tentu saja mengatakan tidak ada hidup setelah kematian. Ini jelas ditulis dari pandangan hidupnya, “dibawah matahari.” Dari perspektif itu, ketika orang meninggal mereka tidak bisa kembali; semua kejayaan, kesenangan, kepuasan, kedamaian dan kebahagiaan yang bisa diberikan hidup ini langsung berakhir setelah kita pergi. Tidak ada pertanyaan tentang hal itu, dan inilah yang dinyatakan oleh dia. Jadi jika kita ingin mendapat semuanya dari hidup ini, jika keberadaan kita sekarang ingin memiliki arti, itu harus ditemukan sekarang; itulah argumennya. Jangan membuang hidup anda, jangan mencari pengalaman yang aneh, setiap kesenangan yang kosong yang dilemparkan hidup kepadamu untuk menyesatkan anda dalam ketidakpedulian. Gunakan hidup; itulah argumennya. Isi itu sampai penuh, temukan tujuannya sekarang, apapun arti hidup ini itu harus ditemukan sekarang.

Jadi kita tidak mencari kenyamanan tapi arti. Untuk apa anda hidup? Itulah pertanyaannya. Untuk apa anda mati? Apa tujuan anda ada? Saya ingin mendorong kita semua untuk menjawabnya. Kenapa anda disini? Untuk apa ini semua? Jika hidup memiliki tujuan itu harus ditemukan sekarang. Hal yang ingin coba dibawakan dalam kitab ini adalah jawaban dari hal itu, untuk menolong kita melihat apa tujuannya.

Sekali lagi Penyelidik sampai pada kesimpulan, yang sudah disampaikan berulang kali dalam kitab ini, tapi diungkapkan sepenuhnya dalam Ayats 7-10:

Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena
Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.
Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan
TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
{Pengk 9:7-10 RSV}

"Sheol" berarti "kubur." Disini kata itu tidak berarti “neraka” Itu berarti “kubur” akhir dari hidup.

Ayat 7 yang paling mengagumkan, karena dalamnya ada pernyataan apa yang kita sebut dalam PB “Perjanjin Baru” syarat Tuhan yang baru untuk hidup. Jelas dalam PB bahwa Tuhan memberikan anugrah dibenarkan. Karena kita sudah memiliki iman itu, kita dibebaskan, tidak lagi bergumul untuk mencoba menyenangkan Tuhan; kita hidup dalam cara yang sudah menyenangkan Dia karena kita sudah diterima dan dibenarkan oleh Dia.

Perhatikan betapa jelas hal ini dinyatkan dalam ayat 7: “pergi dan makan rotimu dengan sukacita, dan minum anggurmu dengan hati yang gembira; karena Tuhan sudah berkenan dengan perbuatanmu.” Ini pengakuan dalam PL terhadap hubungan kebenaran yang sudah dibangun. Benar bahwa dasar diletakan dalam Tuhan kita dalam dunia pada saat Natal, dan dalam kematianNya dan kebangkitanNya. Tapo itu diberikan pada semua orang PL, juga dalam PB, yang memiliki iman dalam FirmanNya, yang percaya pada perkataanNya, dan kemudian diberikan anugrah kebenaran sebagaimana adanya. Disini Quoheleth menghadapi hal itu sebagai dasar hidup mereka sebenarnya. Jika anda ingin menemukan arti dalam hidup anda, jika anda ingin menemukan arti mendalam, kedamaian dan kepuasan, inilah dasar semua itu: Percaya pada apa yang sudah Tuhan berikan kepada anda, dan kemudian atas dasar itu, hidupi hidup anda sepenuhnya.Isi itu dengan semua yang bernilai, beralasan dan berarti.

Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
{Pengk 9:8 RSV}

Jubah putih merupakan symbol dalam Alkitab mengenai kebenaran praktis, perbuatan baik yang dilakukan keluar dari hubungan baru ini. Janganlah kekurangan minyak dikepalamu. Minyak selalu menjadi symbol karya Roh Kudus. Jadi disini dipenuhi dengan Roh, penuh dengan pekerjaan baik, keluar dari kesadaran bahwa kita sudah diterima oleh Tuhan. Itulah dasar baru untuk hidup. Itulah yang dibicarakan Paulus dalam kitab Roma: Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.{cf, Rom 6:14}. Itu milik anda walaupun anda tidak layak, dan dengan itu anda diterima sepenuhnya dan dikasihi oleh Tuhan.

Jadi hak untuk hidup mengikutinya, dan kemudian disini dia mendorong kita untuk hidup yang sebenarnya. Menikmati hidup dengan istri yang anda kasihi, diseluruh hidup anda. Tuhan menyukainya. Dia memberkati perkawinan untuk alasan itu, dan suatu yang seharusnya menikmati kepenuhan dalam perkawinan, pasangannya, kebahagiaan dalam perkawinan. Dan kemudian, menikmati karya yang diberikan Tuhan. Kerja bukan kutukan, itu bukan suatu hal dimana kita dipaksan melakukannya untuk tetap hidup. Kerja adalah berkat. Pada masa sekarang dimana pengangguran meningkat banyak yang menemukan kenyataan bahwa menyenangkan memiliki sesuatu untuk dikerjakan. Lakukan itu dengan seluruh kemampuan anda; itulah cara menikmatinya. Dedikasikan diri anda, jangan cepat puas supaya anda bisa cepat pulang dan menikmati istirahat anda. Amsal modern berkata, “roh ingin tapi daging siap untuk malam minggu!” Banyak dari kita hidup atau ingin hidup seperti itu, tapi itu bukan cara yang Alkitabiah. Pendekatan Alkitab adalah kerja diberikan kepada anda sebagai anugrah Tuhan, jadi nikmati itu; lakukan itu dengan seluruh kekuatan, karena itu adalah karunia Tuhan bagi anda.

Apakah kita hidup seperti ini?

Kita yang adalah orang Kristen yang mengetahui kenyataan karunia kebenaran dan menemukan rahasia kepuasan, mampu menangani kondisi yang sulit karena sukacita yang ada pada kita oleh kehadiranNya, apakah kita sudah mulai hidup seperti itu ?

Saya telah bertanya pada diri saya tentang hal itu. Apakah ada rasa damai dalam semua yang saya lakukan? Ketika orang melihat kemata saya apakah mereka melihat hati yang damai? Ketika mereka melihat anda, apakah mereka melihat hal itu? Perhatikan orang yang memenuhi toko diwaktu sibuk dan anda akan melihat kekosongan, kesendirian, kesedihan dan sakit hati terlihat. Tapi orang Kristen dipanggil untuk menjadi contoh cara hidup berbeda, suatu rahasia yang tidak diketahui yang lain. Ini seharunya menjadi damai, kesadaran tentang kita bahwa tidak peduli seberapa sulit dan buruk hal yang terjadi karena kita memiliki dalam diri kita Tuhan yang memampukan kita menghadapi semuanya itu. Apakah kita melihat hidup seperti itu?

Apa pandangan anda sewaktu mendekati kematian?

Apakah anda sudah mengantisipasi hal itu, dengan kesadaran bahwa setelah kematian merupakan jawaban semua pertanyaan yang tidak terjawab, pertanyaan tentang hidup? Saya menjadi orang Kristen ketika saya berumur 11 tahun. Seperti semua pemuda, saya menghadapi hidup dengan bermacam-macam perasaan ketakutan dan perhitungan. Tapi satu hal yang ingin saya lakukan adalah menjadi tua. Tuhan telah menjawab doa saya. Sekarang saya hampir mencapai akhir, saya bisa berkatan bahwa melihat kedepan merupakan waktu dipenuhi dengan kebahagiaan dimana Tuhan akan menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab, karena arti semua pengalaman sekarang tidak bisa dijawab sampai kematian menjemput. Kemudian akan datang semua jawaban yang berlimpah-limpah, memuaskan dan penuh.

Inilah cara pandang orang Kristen tentang hidup. Jika kita kalah dan masuk kedalam pandangan hidup dunia yang kosong, kita juga akan menemukan diri kita frustrasi, marah dan kecewa dengan keadaan kita. Tapi kalimat ini memanggil kita untuk sadar kalau makna hidup tidak bisa ditemukan dengan mencoba menjawab semua masalah. Tapi, dengan percaya pada Tuhan yang hidup, yang mengetahui apa yang dilakukanNya dan bekerja dengan cara yang misterius dalam hidup kita, mengajar semua yang butuh untuk diketahui dalam hidup, sehingga mata kita menyatakan kedamaian Tuhan dan hati kita berespon dengan sukacit akan janji yang akan dipenuhi.

Doa:

Baiklah Anugra Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Bapa Tuhan kita memenuhi semua tempat kosong dalam hidup kita, dan persekutuan dengan Roh Kudus menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab, menjadi pengalaman kita tidak hanya hari ini tapi dalam seluruh hari dihidup kita. Dalam nama Yesus Tuhan kita. Amin