APA YANG DIBUTUHKAN UNTUK BERINTEGRITAS?

Minggu lalu saya berada di California Selatan, bertemu dengan 30 pastor dari gereja-gereja besar dibanyak Negara. Salah satu fenomena baru gereja di Amerika adalah berdirinya gereja besar. Jemaat yang terdiri dari 2-3 ribu orang sekarang ini hanya dilihat sebagai tubuh yang sedang-sedang saja, walaupun pada saat saya kecil, gereja seperti itu sudah sangat besar. Sekarang, ada banyak sekali yang seperti itu. Diantara gereja yang ada, terdapat beberapa gereja yang memiliki 10 ribu jemaat atau lebih setiap minggu. Ada yang memiliki 3,5 ribu orang datang pada rabu malam, kebanyakan dari mereka orang yang belum percaya. Sangat menarik untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja dalam gereja itu. Ada banyak perbedaan tempramen yang ditunjukan para pastor yang datang. Ada yang muda dan tua, pribadi yang mudah bergaul dan yang tidak. Tapi ada satu hal yang jelas adalah mereka semua memiliki perhatian yang mendalam terhadap orang. Orang-orang ini benar-benar pastor dan gembala. Peter Drucker, seorang ahli dalam bisnis dan manajemen memberikan beberapa masukan tentang pendekatan dan organisasi. Tapi tujuan utama diskusi kami adalah bagaimana melayani orang.

Kami menemukan contoh ideal dalam pelayanan di 1 Tesalonika yang sekarang akan kita bahas. Rasul Paulus merupakan gembala utama dan kita memiliki bukti tentang hal ini dalam suratnya kepada berbagai gereja, dan terutama dalam surat pertama kepada suatu gereja yang dia dirikan dikota Tesalonika. Dalam 12 ayat pertama pasal 2, kita mendapat kesan ada perhatian yang sangat mendalam untuk pertumbuhan rohani orang percaya ini. Paragraf ini menyediakan model yang indah bagi pelayanan. Saat itu tidak diragukan lagi kalau Paulus membela dirinya dari kritik yang muncul setelah dia meninggalkan Tesalonika – terlihat beberapa orang dikota itu mencoba untuk menfitnah dia mengenai motivasi dia yang salah dalam pelayanan dan dia menjawab hal itu – tapi disini juga muncul gambaran luar biasa tentang bagaimana gembala yang baik bekerja.

Tapi anda mungkin bertanya, “Apakah ini berkaitan dengan saya? Pastor semestinya yang menjadi bagian dari hal ini. Apakah ada yang dikatakan Paulus berkaitan dengan saya ?”

Salah satu pastor muda pada pertemuan kami minggu lalu berkomentar: “Yesus terlihat seperti sangat manusia sehingga tidak ada yang bisa percaya Dia itu Tuhan; tapi kita para pastor terlihat seperti Tuhan sehingga tidak ada yang berpikir kita adalah manusia!” Ada yang benar dalam perkataan itu.

Tapi saya mengingatkan anda tentang sesuatu yang sudah kita bicarakan di PBC, yaitu setiap orang terlibat dalam pelayanan. Kita semua memiliki tanggung jawab pastoral. Jika anda seorang orangtua, anda memiliki jemaat kecil dirumah yang harus anda layani. Bagian ini akan menolong anda melayani dengan efektif. Sebagian dari anda memiliki teman yang ketemu setiap makan siang atau malam, sebagian lagi dari anda memiliki kelas Alkitab dirumah anda. Bagian ini mengajarkan bagaimana menjadi efektif dalam setiap pelayanan, bagaimana menyentuh dan mengubah orang.

Enam ayat pertama menunjukan kualitas utama yang diperlukan untuk menjadi gembala yang baik. Kata Paulus:

Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia, {1
Th 2:1 RSV}

Artinya, pelayanannya memang efektif. Dia meninggalkan gereja diTesalonika, walaupun musuhnya mengatakan dia telah membuang-buang waktunya. Ini alasa kenapa pelayanannya efektif:

Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di
Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan
Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.
{1 Th 2:2 RSV}

Keberanian! Itu hal pertama yang penting dalam menolong orang lain.

Apakah anda kadang merasa berat untuk membicarakan suatu hal yang perlu dibicarakan ? Sebagian orang sangat sensitive. Mereka tidak ingin diingatkan tentang suatu hal. Itulah saatnya dimana keberanian diperlukan.

Paulus disini tentu saja menunjuk pada keberanian fisik. Dia benar-benar mengerti masalahnya ketika dia mengatakan dia “diperlakukan dengan tidak pantas,” dan bahwa dia “menderita” di Filipi. Sebenarnya, ini salah satu dari tiga kali dia dipukul dengan batang besi dan kemudian dibuang kepenjara, suatu bentuk hukuman orang Roma. Disana dia dengan Silas dimasukan dalam pasung dan dibelenggu, mereka kemudian mulai memuji Tuhan.

Lebih jauh lagi, Paulus menderita penghinaan dan caci maki yaitu bajunya dibuka didepan umum merupakan perintah dari penguasa Filipi. Kewarganegaraan Romanya tidak diperhitungkang. Bahkan ketika dia dibebaskan melalui gempa bumi dia disuruh keluar dari kota oleh penguasa. Tapi dia tetap pergi ke Tesalonika walaupun mengetahui hal yang sama akan terjadi disana.

Anda tidak bisa membaca kehidupan Paulus dan gagal melihat keberaniannya yang besar yang didemonstrasikan dalam pelayanannya. Ketika kekacauan muncul di Efesus dia mencoba menghadapi teriakan masa yang ingin menghabisi dirinya. Dia harus ditahan oleh temannya agar tidak mengorbankan dirinya dari masa yang marah.

Darimana dia dapatkan keberanian ini? Sebagaian mengatakan bahwa Paulus berani karena memang sudah begitu, bahwa dia akan melakukannya juga. Tapi beberapa ayat menunjukan hal itu tidak benar. Dia seperti anda dan saya. Ketika dia datang ke Korintus dan mulai mengajar, dia melakukannya, “dengan takut dan gentar," {cf, 1 Cor 2:3}. Orang Korintus mengintimidasi dia. Sebagian dari anda ingin menjangkau teman kerja anda merasa terintimidasi oleh suasana lingkungan kerja anda. Paulus merasakan hal itu sangat kuat. Di Efesus dia menulis, “ada pertempuran diluar dan ketakutan didalam,”{cf, 2 Cor 7:5}. Tidak, Paulus tidak dengan sendirinya berani. Dia seperti kita. Secara alami saya seorang pengecut. Beberapa kali dalam hidup saya dimana saya menunjukan keberanian itu hanya karena anugrah Tuhan yang berkarya.

Dalam ayat berikut, Paulus dengan jelas menyatakan baik secara negative dan positif, apa yang ada dibelakang keberaniannya.

Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya.
Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan
Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan
Allah yang menguji hati kita.
Karena kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi--juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
{1 Th 2:3-6 RSV}

Sebagian besar orang bisa terlihat berani, tapi untuk maksud yang salah. Paulus menuliskan alasannya disini:

Pertama, dia tidak mengajar “kesalahan atau ketidakbenaran.” Dengan kata lain, dia tidak datang mengajarkan suatu wahyu tertentu. Sekarang ini, kita dihadapkan dengan guru-guru, nabi-nabi, pelihat-pelihat, yang mengajarkan bentuk doktrin tertentu. Hare Krisna menemui anda diairport; Moonies dibawah pimpinan Sun Myung Moon, yang mengklaim diri Mesias, dengan berani mengajarkan doktrin mereka diseluruh Negara dan dunia. Dipermukaan mereka terlihat berani. Mereka kelihatannya didorong oleh keyakinan – dan mungkin juga benar – tapi keyakinan yang salah. Tapi Paulus tidak datang ke Tesalonika mengajarkan doktrin tertentu. Itu adalah kebenaran Tuhan, diteguhkan oleh nabi-nabi dan oleh Yesus Kristus sendiri.

Dia tidak mengundang orang dengan mengijinkan sex, mendorong mereka untuk memuaskan diri mereka, membuang seluruh ikatan moral dan melakukan apapun yang mereka sukai. Itulah cara menarik masa sekarang ini. Perhatikan Jim Jones dan apa yang dilakukannya di San Francisco. Komunitas Bhagwan diOregon memuaskan diri dalam perilaku seksual dan orang berkumpul disana tertarik oleh pengajaran tidak bermoral itu. Tapi ini tidak pernah menjadi bagian dari doktrin para rasul

Juga kelicikan, pujian, dan keserakahan tidak ada dalam pengajarannya. Saya menghargai perkataannya, ketiak banyak pengajar di TV sekarang ini sangat menarik bagi ego kita, bagi perasaan kita. Sebagian besar dari anda pernah melihat orang seperti itu di TV yang mengenakan topi gila, merokok, menyuruh orang disekitarnya memberikan dia uang. Dia terlihat berani dan tidak kompromi, tapi dia menunjukan indikasi utama ego belaka dan menyembunyikannya dengan mencoba menjadi pengajar Firman. Apa yang diajarkannya memiliki sedikit kebenaran, tapi dicampur dengan kesalahan besar. Saya bisa menunju orang yang sekarang ini telah terhisap oleh daya tarik tersebut.

Orang lain menawarkan janji kemakmuran. Jika anda mengikuti mereka, mereka pasti mengatakan anda akan menjadi kaya. Ini bukan doktrin Paulus. “Kita tidak datang dengan rahasia keserakahan.” Hal itu merupakan gambaran nyata dari apa yang kita dengar diTV sekarang ini!

Saya mempunyai teman di Houston, Texas, seorang pengusaha yang luarbiasa, yang juga pengajar Alkitab yang luar biasa. Sewaktu dia menyiapkan bahan untuk diajarkan keSekolah Minggu tiba-tiba dia memikirkan bagaimana dia bisa berhubungan dengan Tuhan jika “teologi kemakmuran” ini benar. Dia memberikan beberapa pemikirannya dan menuangkannya dalam lagu. Inilah hasilnya, berjudul An Offer God Couldn't Refuse :

You know, God, I've been thinking, and
I hope that I'm not wrong I think I got it figured out how we can get along.
There's certain things You gotta have, and things that
I need, too.
So I got a proposition --tell ya what I'm gonna do!
I'm readin'
in the paper here that things ain't goin'
great,
The dollar's down, the yen is up, and some of us can't wait
To get the next edition of the "Journal"
or the "Post", To see which market oayatas, last night has fallen most.
Now certain friends have told me You got troubles with
Your game, With Jimmie and with Tammy, and some others
I won't name.
And the things that I am hearing, and the word all over town,
Is that your overhead is up, while income's coming down.
I don't mean no disrespect, I hope I don't sound brash,
But with the praise and glory, I think You could use some cash!
So, I got this little acreage in the Gulf of
Mexico.
I'm sure there's oil there somewhere, but just where
I do not know.
So here's what You can do for me, within your sovereign will.
Send a vision!
Send a sign!
Just show me where to drill!
Then when the oil comes gushing in,
(You ready for a laugh?) Some might offer ten percent--
I'll cut You in for half!
But wait--It just occurred to me, this deal will be a mess.
Where should I send Your money?
I don't have Your home address!
But no, I have the answer.
And you'll like it I am sure.
Do You remember how much dough the Pope spent on his tour?
It set the Cardinals sighing, and it made the
Bishops groan.
It cost about a million for a day in San Antone,
And if that was the figure for a day of Papal drumming,
We'd better lay the groundwork now for Jesus'
Second Coming!
So I'll just keep your share, dear Lord, and it will be just fine.
And 'til sweet Jesus needs it, Lord I'll just pretend it's mine!

Hal diatas merupakan gambaran jelas apa yang kita lihat diTV sekarang ini. “selubung keserakahan” merupakan gambaran Paulus terhadap godaan ini. Dia sama sekali tidak mengajarkannya. Seperti yang akan kita lihat, dia bahkan menolak orang Tesalonika mendukung dia dengan cara apapun, walaupun akhirnya dia menerima pertolongan dari orang Filipi. Dia datang ke Tesalonika untuk memberikan mereka suatu hal yang sangat dibutuhkan mereka, dan dia mendukung dirinya sampai mereka menerimanya

Akhirnya, dia tidak datang untuk mencari nama atau status dimata manusia. Ayat 6: “Finally, he says, still putting it negatively, he did not come to seek fame or status in the eyes of men.

Ayat 6: " juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus." Dia bisa memakai posisi dan otoritasnya sebagai jurubicara Kristus, tapi dia tidak mau apapun bagi dirinya. Dia tidak mengubah pesannya, menutupi aspek yang tidak menyenangkan dari kebenaran, bagi popularitas. Dia jujur dan setia, dan melayani mereka dengan kebenaran, baik dia menerima pujian, terimakasih atau tidak. Hal diatas tidak menjadi motivasinya dalam mengajar, bukan kesalahan, kekotoran, kelicikan, gial pujian, keserakahan atau ambisi.

Kalau begitu, apa yang menjadi motivasinya? Apa yang menyebabkan keberaniannya ? kita mendapat jawabannya dalam ayat 4: “Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” Ayat itu memberikan kita 2 hal yang memotivasi Paulus:

Pertama, dia sangat bersyukur akan kehormatan bisa mengabarkan injil, kabar baik tentang Tuhan. Empat kali dalam ayat ini ( 2, 4, 8 dan 9) dia menyebut injil Allah. Dia bersyukur atas kenyataan bahwa Tuhan memanggil dia untuk membawakan pesan yang sangat dibutuhkan manusia

Kenapa manusia menderita sakit hati, kesepian, kesedihan, dan kepedihan roh sepanjang hari dalam seluruh hidup mereka? Itu karena mereka tidak mengetahui kebenaran tentang Tuhan. Mereka tidak mengetahui kuasa keselamatan Yesus Kristus. Mereka tidak tahu kehangatan hati, kekuatan dan penghiburan yang datang dari Kristus kepada mereka. Tuhan telah mempercayakan pesan itu pada Paulus dan kepada kita seupaya kita membagikannya kepada mereka. Betapa suatu kehormatan! Diseluruh tahun pelayanan mengajar saya tidak ada yang lebih memotivasi dan menghibur saya daripada mengingatkan diri saya bahwa saya telah diberikan kehormatan terbesar yang bisa diberikan pada seorang manusia, untuk mengabarkan apa yang Paulus sebut dengan “kekayaan yang takterkira dalam Kristus,” {Eph 3:8}. Apakah ada yang lebih daripada itu? Itulah yang dirasakan Paulus dan it uterus menerus memotivasi dia.

Lebih dari itu, dia mengatakan kalau dia dikuatkan oleh keinginan menyenangkan Tuhan. Sekarang, satu-satunya alasan seseorang memiliki keinginan menyenangkan Tuhan karena dia belajar mengasihi Dia. Anda tidak akan bisa benar-benar menyenangkan Tuhan jika anda tidak mengasihi Dia. Anda mungkin mencoba menyenangkan Dia untuk menguntungkan anda sendiri. Sebagian orang melakukan itu. Tapi jika anda benar-benar ingin menyenangkan Tuhan, jika itu menjadi keinginan kuat dalam diri anda, itu karena anda belajar bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengasihi anda. Itulah kenapa kita memiliki sangat banyak hymn yang berbicara tentang kasih Tuhan bagi kita. Setiap orang Kristen seharusnya melihat kebelakang tindakan luar biasa ketika

"On Christ almighty vengeance fell, that would have sunk a world to hell.
He bore it for a chosen race, and thus became our hiding place."

Itulah yang mendorong kita menyenangkan Tuhan.

Itulah yang selalu menjadi motivasi Yesus. Dia berkata, “Aku selalu melakukan hal yang menyenangkan BapaKu,” {cf, Yoh 8:29}. Itu bukan karena Dia menginginkan sesuatu dari Tuhan – dia bisa mendapatkan apapun Dia mau – tapi karena Dia mengasihiNya dan ingin menyenangkan Dia. Petrus yang berani dan suka meledak-ledak merasakannya ketika dia bertemu dengan Tuhan setelah kebangkitan di laut Galilea. Yesus bertanya padanya 3 kali, “Petrus apakah engkau mengasihi Aku?” {Yoh 21:15-17}. Pada akhirnya Petrus hanya bisa berkata, “Tuhan, Engkau tahu kalau aku mengasihiMu,” {Yoh 21:15-17}. Itulah yang membuatnya kembali dari ketidaktaatannya dan kelemahannya. Dia tahu bahwa dia mengasihi Dia, karena Yesus telah lebih dahulu mengasihinya. Itulah sumber keberanian yang sebenarnya. Jika anda membutuhkan keberanian, jangan coba cari dari dalam diri anda sendiri saja. Mulailah berpikir tentang kasih Tuhan, tentang kehormatan berbicara dengan Dia, dan membicarakan kebenaran dengan orang lain. Anda akan menemukan diri anda didorong – dipaksa seperti yang dikatakan Paulus dalam 2 Korintus “Kasih Kristus memaksa aku," {cf, 2 Cor 5:14 NIV}. Itulah rahasia keberanian tindakannya.

Kualitas kedua dari gembala yang baik ditemukan dalam Ayats 7-9.

Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi
Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami.
Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan
Injil Allah kepada kamu.
{1 Th 2:7-9 RSV}

Hal itu hanya bisa digambarkan sebagai kasih yang sensitive, kasih yang sangat ingin menjadi berkat bagi yang lain dan menemukan cara yang lemah lembut untuk mengkomunikasikan hal itu. Mungkin kebutuhan pertama dalam mengasihi adlah belajar melakukannya pelan-pelan. Kasih kadang harus kuat dan tabah. Kasih juga kadang harus menegur, tapi itu semua harus belajar dilakukan dengan sopan dan baik. Itulah yang dilakukan Paulus. Dia bersama mereka seperti seorang ibu yang sedang merawat anaknya, dengan sukacita melayani kebutuhan mereka.

Ketika saya masih muda, saya berada dibawah pelayanan Dawson Trotman, pendiri Navigator. Dawson memiliki pribadi yang kuat. Dia bisa menuntut, Dia seorang yang disiplin, dan dia mengharapkan disiplin diri mereka yang bekerja dengan dia. Itulah yang menjadi tanda navigator sekarang ini, dimanapun mereka melayani. Tapi ketika saya bertemu sedirian dengan Dawson, dia selalu lemah lembut. Dia selalu berbicara langsung kepada saya, dan peka terhadap kebutuhan saya, dan kemampuan saya. Saya sering menghubungakan dia dengan Rasul Paulus. Paulus bisa galak dan tajam, tapi ketika dia bersama seseorang sendiri, dia lemah lembut. Itulah tanda gembala yang benar.

Ada tanda kedua dari kasih dalam perkataan, “sangat merindukan kamu.” Itu merupakan kalimat yang tidak biasa, tidak sering ditemukan dalam Alkitab. Secara literal, itu berarti “kerinduan yang sangat, keinginan terhadap engkau.” Saya seringkali merasakan hal ini dalam diri saya terutama ketiak saya berbicara kepada orang muda. Saya merasakan hati saya sangat rindu untuk menolong mereka, untuk menjadi berkat bagi mereka, mengajar mereka, membimbing mereka, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Itulah yang dirasakan orang tua terhadap anaknya. Ada kerinduan yang sangat untuk mereka, ingin sekali melihat mereka bertumbuh kearah yang benar. Itulah karakteristik mereka yang ingin melayani orang lain.

Tanda ketiga dari roh kasih ditemukan dalam ayat 9: “kamu masih ingat jerih lelah kami; siang dan malam, supaya kami tidak menjadi beban bagi kamu.” Kerja keras! Itulah tanda gembala yang benar, pastor atau pelayan yang benar.

Setiap anak laki-laki Yahudi harus belajar dagang, dan usaha Paulus adalah membuat tenda. Daripada mendapat pemberian dari orang percaya baru, dia bekerja berjam-jam sampai malam membuat tenda. Mungkin, sewaktu mereka mendengar dia mengajar dan mengarahkan mereka waktu pagi, orang Tesalonika memperhatikan tangan Paulus tidak seperti tangan orang kaya yang tidak pernah bekerja. Tapi tangan seorang pekerja keras yang bekerja keras untuk usahanya, dan mereka mengetahui hal itu dilakukan agar dia menjadi berkat bagi mereka dan bukan beban.

Istri saya menganggap tangannya jelek karena mereka tidak halus seperti dulu. Saya bisa katakana tidak ada cream yang diiklankan sekarang bisa memenuhi janji mereka! Tapi bagi saya tangannya indah karena mereka menunjukan pekerja yang memberikan dirinya. Berjam-jam mencuci piring dan membersihkan lantai sangat berat untuk tangan, tapi itulah manifestasi hati yang kasih.

Kesetiaan adalah tanda ketiga dari gembala yang baik. Kita menemukannya dalam Ayat 10-12:

Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya.
Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak
Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
{1 Th 2:10-12 RSV}

Pengertian sekarang untuk kata, integrity , sangat tepat mengungkapkan hal ini. Integritas sangat sedikit dalam lingkungan kekristenan sekarang ini, terutama dalam gereja elektronik, dimana kehidupan pemimpinnya berantakan, tapi diijinkan untuk mencari dan menolong yang lain. Itu tidak pernah bisa dilakukan. Tapi dengarkan Paulus, “ kita kudus dan benar dan tidak bersalah. Kekudusan berarti “terpisah, dipisahkan untuk maksud tertentu.” Dalam hal ini pikiran yang tertuju merupakan terjemahan yang baik. PL merbicara tentang “keindahan kekudusan” {1 Chr 16:29, 2 Chr 20:21, Maz 29:2, 96:9}, tentang seorang yang mengetahui siapa dirinya dan dipuaskan. Banyak orang berpikir Paulus seorang yang egois, seorang yang mengklaim sesuatu yang tidak berhak diklaim. Tapi setiap kali dia berbicara kekudusannya, dia menjelaskan dia tidak bertanggung jawab untuk itu. Itu adalah anugrah Tuhan yang bekerja dalam dia.

Juga dia benar dihadapan yang lain. Dia berlaku atas dirinya sendiri, menolak hal yang bisa disalah mengerti atau yang sengaja disalah artikan. Di Korintus dia menulis kalau dia meminum anggur atau makan daging akan membuat orang lain tersandung, dia tidak akan menyentuhnya lagi, {cf, 1 Cor 8:13}. Dia benar dalam perilaku didepan umum.

Akhirnya, dia tidak bersalah dalam pandangannya. Hal tersebut jangan disalah mengerti. Tidak bersalah dalam Alkitab tidak pernah berarti tidak berdosa. Paulus sama sekali tidak berpikir dirinya tidak berdosa. Maksudnya disini: dia jujur. Dia menghadapi semua dosanya. Dia sadar akan hal itu, dia menghakiminya dan melakukan sesuatu terhadap hal itu. Dia tidak menutupinya karena dia tahu seperti yang dia katakana, “Tuhan menguji hati.” Tuhan mengetahui apa yang terjadi didalam jadi Paulus dengan keras jujur pada dirinya, tidak berarti menipu diri, tapi mengakui kesalahannya dan dengan demikian dia tidak bersalah.

Minggu lalu di California Selatan kami bertemu dalam kelompok kecil untuk membicarakan dan berbagi satu sama lain tentang bagaimana kita menjaga kerohanian kita tetap hidup. Salah satu pastor yang saya temui sangat menarik perhatian saya. Orang ini baru berumur 35 tahun, tapi dia melayani lebih dari 10 ribu orang setiap minggu pagi. Saya tertarik akan apa yang dia katakana tentang bagaimana menjaga kapasitas rohaninya.:

Setiap pagi dia duduk dimeja dan menulis diatas kertas huruf A, C, T, S. (saya membagikannya mungkin bisa menolong anda) A berarti Adoration (Memuji); C, confession (Pengakuan); T, thanksgiving(ucap syukur); dan S, supplication (permohonan).

Dibawah huruf A, dia menuliskan semua yang bisa dipikirkan tentang keagungan, kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Dia melakukan apa yang diajarkan Yesus pada kita dalam Doa Bapa Kami, yang mengarahkan pikiran pada Tuhan: Bapa kami dalam surga, dikuduskanlah namaMu,” {Matt 6:9, Luke 11:2}. Kemudian dia mulai merenungkan keagungan Tuhan, kebesaranNya, kasihNya, belaskasihNya yang diberikan kepadanya, dan dia menuliskan semua itu. Itulah yang dilakukan pemazmur: "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! {cf, Psa 103:1-2}.

Kemudian dia menunju kepengakuan. Dia katakana “saya menuliskan dosa yang saya lakukan kemarin. Jika itu senin pagi, dan dalam kothbah minggu, saya menceritakan ilustrasi – saya berkata, ada 9 mobil harus disusun tapi hanya 6 yang disusun – saya tidak menuliskan ilustrasi saya, tapi saya berbohong pada mereka. Jika saya tidak sengaja menerima kembalian yang salah, saya tidak menulis saya mendapat uang, tapi saya mencuri uang kemarin. Saya keras terhadap diri saya. Saya ingin menyatakannya dengan cara terburuk sehingga saya bisa menghadapi kecenderungan ini."

Kemudian, “saya ke pengucapan syukur, dan saya mulai bersyukur bahwa saya diampuni dari hal itu. Satu demi satu saya menyebutkannya dan menuliskan, “diampuni, diampuni.”

Kemudian dalam permohonan, saya berdoa dan meminta Tuhan kekuatan agar tidak melakukannya lagi, tapi lebih jujur, hati-hati dan bijaksana."

Tidak heran orang muda itu digunakan Tuhan dengan luar biasa!

Hati saya sangat bersukacita melihat pengkhotbah muda itu bisa memiliki integritas seperti itu.

Itulah yang kita lihat disini dalam diri Paulus. Dia jujur, sepenuhnya jujur.

Dari kehidupan seorang yang setia, rasul Paulus melakukan 3 hal bagi orang Tesalonika : menasihati mereka, memberikan semangat pada mereka, dan doa menantang mereka.

Nasehat biasanya berbentuk teguran. Sewaktu saya melihat ketika anak saya masih kecil ada saat dimana saya duduk dengan mereka dan berkata, “anda menuju kepada masalah. Jika anda mengikuti jalan yang sekarang ini, anda akan melukai diri anda sendiri dan keluarga anda. Anda akan menghancurkan hal bernilai dalam hidup anda.” Seorang ayah harus melakukan hal itu. Demikian juga dengan pastor, disaat tertentu Dan juga dengan anda, jika anda ingin melayani orang lain.

Tapi selain dari pada itu, ada memberi semangat dan tantangan. Saya akui, ketika saya melihat kembali hubungan saya dengan anak saya, hal itu tidak mencukupi. Pemberian semangat dengan, “sudah lebih baik. Saya bisa melihat perubahannya. Anda bisa. Saya dukung kamu. Teruskan.” Pemberian semangat menunjuk pada nilai positif dari suatu hal.

Saya mengakui dengan sedih terlalu sedikit tantangan, “apakah ingin lebih baik. Anda tidak pantas hidup seperti ini. Ada banyak kemungkinan didepan anda. Tuhan memimpin anda, memanggil anda, dan mendorong anda untuk melakukan itu.”

Itulah yang dilakukan Paulus disini, menunjuk panggilan Tuhan bagi kita kedalam kerajaan dan kemuliaanNya.

Ini benar-benar suatu “waktu yang menguji hati manusia.” Kita menghadapi saat bahaya dan krisis. Tapi saat ini juga saat kesempatan besar. Betapa suatu tantangan hidup untuk seperti Paulus dan pelayanannya saat itu!

Sewaktu saya melihat seluruh tulisan ini dan melihat kembali 3 tanda gembala yang setia, berani, kasih, lemah lembut, dan roh yang setia, saya berdoa dan saya berharap anda juga berdoa seperti ini: “Tuhan lakukan itu dalam hidup saya. Buatlah aku menjadi berkata dimasa saya hidup. "