PENGHIBURAN SAAT DIKUBUR

Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan diharapinya besok. Itulah karakteristik masa depan. Tapi ada sesuatu yang datang sebelum besok. Itu disebut hari ini, dan saat itulah kita hidup. Kita tidak hidup besok, tapi kita pasti hidup sekarang. Hal ini menyusahkan orang Kristen Tesalonika. Mereka melihat besok, tapi memikirkan apa yang akan dilakukan hari ini. Rasul Paulus menasihati mereka dalam surat I Tesalonika. Dalam pasal 4, dimulai dengan ayat 9:

Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia.
Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.
Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.
{1 Th 4:9-12 RSV}

"tetap mengasihi dan bekerja " adalah nasihat Paulus.

Pertama, tetap mengasihi! Jagalah perilaku anda dengan orang lain tetap hangat dan ramah. Perhatikan cara anda berbicara. Jika anda tidak setuju, tolong perbaiki. Ketika saya berbicara dikebaktian tahun baru saya mengatakan kalimat yang tidak baik pada seorang yang menolong saya memperbaiki mikrofon. Saya harus menemui dia dan mengakui hal itu. Itulah yang harus kita lakukan. Kita harus tetap mengasihi dan memaafkan satu sama lain. Kita harus menahan diri untuk pahit, sakit hati, sarkasme atau mengkritik orang lain.

Orang Kristen tidak perlu diajar bagaimana mengasihi orang lain. Pernyataan Paulus bahwa Tuhan melalui Roh KudusNya mengajarkan kita hal itu. “Kasih Tuhan sudah dicurahkan kedalam hati kita oleh Roh Kudus yang diberikan pada kita” {cf, Rom 5:5 RSV}. Jika kita menerima karunia kasih Roh Kudus, kita bisa menunjukan kasih pada sesama. Jika kita memilih kepahitan, tentu saja, kasih tidak bisa dinyatakan. Tapi jika kita menolak kata-kata tajam, perilaku kejam, maka kita bisa menunjukan kebaikan, belas kasih, dan keramahan pada sesama. Maka dari itu, pernyataan yang menggagumkan dalam iman Kristen adalah dengan Roh Kudus orang percaya memiliki kemampuan baru untuk mengasihi yang tidak dimiliki oleh dunia.

Itu tidak berarti kalau kita langsung merasa mengasihi. Sebagian orang membuat kesalahan itu. Orang Kristen merasa hal yang sama dengan non-Kristen. Kita sering merasa marah, sakit hati dan penolakan. Inilah bagaimana seorang Kristen menggambarkan perasaannya:

Mengasihi orang merupakan hal tersulit untuk kita lakukan.
Kita bisa sabar terhadap seseorang dan adil dan baik hati, tapi bagaimana kita membayangkan hati kita kehangatan hati yang dalam
PB disebut kasih?
Sebagian orang sangat tidak dikasihi.
Orang dengan batuk menjijikan disebelah anda dalam kereta menampar korannya kewajah anda.
Orang tidak tahu adat dilingkungan kita dengan anjingnya.
Pembohong yang membohongi anda minggu lalu.
Dengan keajaiban apa anda rasakan terhadap orang seperti itu kecuali ketidakpercayaan dan dendam, dan perasaan yang adil kalau tidak melakukan apapun dengan mereka?

Perilaku itu bisa dimengerti – kita semua merasakan hal itu saat tertentu – tapi kabar baiknya adalah Tuhan berkata kita tidak boleh berlaku seperti itu.Walaupun kita sementara ini merasa seperti itu, kita bisa menolak perasaan itu. Kita tidak boleh menganggap orang lain sebagai musuh. Kita bisa melihat mereka sebagai korban yang membutuhkan simpati dan pertolongan. Kemudian, dengan anugrah Tuhan bagi kita, kita bisa mulai bertindak dengan kasih. Kasih adalah keputusan yang kita buat untuk mendapat kekuatan dariNya. Itulah alasan Paulus berkata pada orang Tesalonika untuk saling mengasihi dan “melakukannya lebih lagi.” Mereka harus melakukannya lebih luas lagi, menjangkau orang lain.

Kedua, mereka harus tetap bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang yang mengalami stress harus tetap sibuk. Mereka tidak boleh tetap kekurangan dan merasa bersalah pada diri mereka. Tetap sibuk, memikirkan masalah orang lain, itulah dorongan Paulus. Hal itu jelas dari perkataan Paulu bahwa beberapa orang percaya telah berhenti bekerja karena mereka pikir akhir zaman sudah datang dan kedatangan Tuhan sudah dekat. Maka dari itu mereka menjadi beban bagi orang lain. Sewaktu hari dan minggu lewat dan Tuhan tidak datang, mereka kehabisan makanan. Mereka akan kelaparan jika orang Kristen lain tidak menolong mereka. Jadi mereka menjadi beban bagi sebagian gereja.

Paulus menangani hal itu dengan tajam dalam surat keduanya, tapi disini dia menunjuk pada kenyataan bahwa iman yang benar dalam Kristus, bahkan iman akan kedatangan Yesus kedua kali tidak menghasilkan fanatisme. Itu tidak menyuruh orang membuang segalanya, memakai pakaian putih dan pergi kebukit, menunggu Yesus datang, seperti yang dilakukan beberapa orang. Kita perlu mengingat perkataan terakhir Tuhan kita kepada muridNya, “bekerja sampai Aku datang," {cf, Luke 19:13}. Tetap bekerja, tetap sibuk, sampai Aku datang. Bahkan Dia tidak tahu kapan waktunya. Markus menulis pertanyaan murid kepadaNya, “kapan waktu dan saat hal itu?” belum membaca The Late Great Planet Earth , Dia menjawab, “Aku tidak tahu. Hanya Bapa yang mengetahuinya.” Pada saat itu, sebagai manusia, Dia tidak tahu kapan kedatanganNya. Dia bisa mengetahui jika Dia memilihnya, tapi Dia tidak tahu karena dia menyerahkannya dalam tangan Bapa. Orang Kristen di Tesalonika mempermainkan diri mereka dengan menekankan pada kedatangan Tuhan sehingga mereka berhenti bekerja. Itulah alasan kenapa Paulus menyuruh mereka tetap bekerja.

Amerika tahun 1846, ada kelompok pengikut William Miller memutuskan pekerjaan mereka, menjual milik mereka, dan pergi kebukit menanti Tuhan muncul karena nabi ini mengatakan kalau Yesus akan datang pada suatu waktu dan jam tertentu. Ada pengharapan yang sangat besar dari mereka tapi tentu saja Yesus tidak datang. Mereka terlihat bodoh dimata orang lain karena tindakan ekstrim mereka dan berlawanan dengan nubuat Alkitab.

Paulus memperbaiki pemikiran itu dalam kata ini. “tetap bekerja” nasihatnya. “tetap jauhi urusan orang lain. Jangan biarkan mereka mengikuti pemikiran bodoh tentang nubuatan. Tetap sibuk, menyediakan kebutuhan anda (itu kata yang indah) sehingga anda tidak menjadi beban bagi yang lain dan anda akan memenangkan hormat dunia sekeliling.” Ini perkataan yang penting.

Saya memiliki daftar nama yang ingin saya kirimi kotbah ini saat dicetak!

Paulus masuk kemasalah ketiga, masalah besok.

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam
Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
{1 Th 4:13 -14 RSV}

Dalam bagian ini 2 kali Paulus menggunakan istilah kematian seperti tidur.

Istilah itu, dalam PB hanya digunakan untuk orang percaya. Istilah itu tidak pernah digunakan untuk orang nonKristen bahwa saat dia mati dia “tertidur” Ada pelajaran ini dalam kata itu. Itu menunjukan bahwa kematian, untuk orang percaya, tidak lebih dari tertidur. Ketika orang yang anda kasihi tertidur anda tidak menelepon 911 untuk keadaan darurat. Anda tahu mereka sedang beristirahat dengan tenang, mereka akan bangun kembali, dan anda akan bertemu dengan mereka kembali. Itulah alasan PB menulis kematian orang percaya tidak lebih dari tertidur.

Perkataan Yesus pada putrid Yairus yang mati, “dia sedang tidur,”{Mark 5:39, Luke 8:52}. Itu suatu kata yang menghibur dan menguatkan bagi mereka yang menghadapi kematian seorang yang dikasihinya.

Pertanyaan yang diajukan orang percaya di Tesalonika, apakah mereka akan melihat lagi orang yang mereka kasihi? Mereka berharap Tuhan datang setiap hari. Mereka merasa kematian orang yang dikasihi tidak akan dibangkitkan sampai akhir zaman. Mereka tidak akan melihatnya sampai waktu yang lama.

Hal itu seperti seperti saudara Lazarus di PB. Yesus berkata pada Marta, “saudaramu akan hidup kembali," {cf, John 11:23}. Martha menjawab,”oh, saya tahu dia akan bangkit pada hari terakhir," {cf, John 11:24}. Dia membayangkan Yesus menunjuk pada PL, kebangkita orang mati, orang percaya dan bukan, diakhir zaman. Tapi Yesus tidak bermaksud melakukannya kemudian dan saat itu. Seperti yang kita ketahui, Dia membangkitkan Lazarus dari kematian saat itu juga.

Orang Tesalonika tidak mengerti itu. Mereka pikir itu suatu waktu yang lama sebelum mereka melihat lagi orang yang mereka kasihi.

Kita bisa mengerti hal ini jika kita mengingat 5 hal sederhana:

Pertama, orang tesalonika jelas menantikan kedatangan Yesus sebelum mereka mati. Ini adalah penantian setiap saat dalam gereja mula-mula. Abad pertama orang Kristen tidak berpikir kematian akan terjadi pada mereka. Mereka percaya Tuhan akan datang dalam satu hari atau satu minggu kemudian. Dalam pasal 1 surat Paulus untuk Tesalonika “menantikan Anak Allah dari surga,"{cf, 1 Th 1:10}. Itulah yang mereka nantikan.

Yesus sendiri mengatakan hal ini masalahnya. Semua perkatanNya tentang kedatanganNya ditujukan kepada orang yang masih hidup, dan dia berbicara kepada mereka walaupun mereka tetap hidup saat Dia datang. Kepada muridNya dia berkata, “berjaga-jaga, karena kamu tidak tahu kapan waktunya. Siap sedia," {Matt 24:42, 25:13}. Dia menggunakan istilah “jangan ditipu,” dan “Anak Manusia akan datang dalam waktu yang tidak kamu sangka," {cf, Matt 24:44, Luke 12:40}. Tidak ada yang menyebut dampak kedatangan bagi mereka yang sudah mati.

Hal kedua yang harus diingat bahwa orang Tesalonika seperti kita sekarang menghitung waktu untuk masuk kedalam kekekalan. Kita semua bergumul dengan konsep kekekalan. Kita cenderung berpikir itu seperti waktu yang tidak ada ujungnya; pada saat ini, kita harus menunggu peristiwa yang akan ada dimasa depan. Bagaimana rasanya dalam surga, walaupun Firman Tuhan menunjukan kalau waktu dan kekekalan adalah 2 hal berbeda. Waktu punya urutan: masa lalu, sekarang, dan masa depan. Tapi kekekalan hanya memiliki satu dimensi yaitu sekarang, saat ini. Kita bergumul dengan hal itu, demikian juga dengan orang Tesalonika.

Saat ini kita berada disatu bangunan. Kita terkunci dalam satu segmen waktu bersama; kita semua merasakan temperature yang sama, dll. Tapi itu hanya berlaku untuk tubuh kita.

Itu tidak menunjukan dimana pikiran kita berada. Sebagian dari anda tidak disini selama setengah jam! Sangat menarik untuk mengetahui dimana setiap orang selama kebaktian pagi ini. Pikiran tidak dibatasi oleh ruang, atau waktu atau urutan. Itu bisa pergi kemana saja dan mengalami apapun disaat kapanpun.

Kekekalan seperti itu. Itulah kenapa kita mendapat kesulitan besar mengerti pesan nubuat dalam waktu dimana sebenarnya itu adalah peristiwa kekekalan.

Walaupun saya percaya Paulus mengetahui perbedaan antara waktu dan kekekalan, dia meyakinkan orang Tesalonika tanpa kebingungan menjelaskan kalau yang hidup dan yang mati akan bersama ketika Tuhan kita datang. Itulah masalahnya. Dia berkata, “ya, kamu akan melihat orang yang kamu sayangi waktu Tuhan datang. Apakah anda ada waktu peristiwa itu terjadi, atau ketika anda sudah mati, atau ketika Tuhan datang dan anda masih hidup, orang yang anda kasihi akan ada dengan anda.” Itu maksud Paulus.

Dia kemudian memberikan mereka nasihat baru.

Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan, {1
Th 4:15a RSV}

Saya mengartikan kata diatas sebagai sesuatu yang belum dikatakan Paulus waktu dia di Tesalonika. Dia sudah mengajarkan mereka tentang dampak kematian dan kebangkitan Yesus, tapi dia tidak memberikan detil waktu dan keadaan kedatanganNya. Sekarang Paulus menunjukan kebenaran itu lebih lanjut

...
kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan
Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.
{1 Th 4:15b RSV}

Hal itu lebih menjelaskan pembahasan ini. “kita akan bersama,” kata Paulus, “jangan kuatir tentang itu. Kamu akan menjumpai orang yang kamu kasihi waktu Tuhan datang."

Keempat, dia memberikan detil yang akan terjadi.

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala
Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam
Kristus akan lebih dahulu bangkit;
sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong
Tuhan di angkasa.
Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
{1 Th 4:16-17 RSV}

Paulus menyebutnya “kedatangan Tuhan.” Sebagian besar orang, termasuk sarjana Alkitab yang terkenal bingung dengan hal ini karena mereka cenderung menilai kedatangan Tuhan merupakan satu peristiwa, suatu kedatangan satu kali selamanya. Tapi jika kita mempelajari Alkitab dengan seksama (kita akan melihat buktinya sebentar lagi), kedatangan Tuhan merupakan suatu runtutan peristiwa. Runtutan ini memiliki suatu awal yang dramatis, seperti yang digambarkan Paulus, dengan pernyataan diri Yesus untuk mengambil orang percaya yang hidup dan yang mati bersamaNya. Dan memiliki akhir yang lebih dramatis ketika Dia menyatakan diriNya kepada seluruh dunia:"Mereka akan melihat Anak Manusia datang dalam awan kemuliaan dengan seluruh penghuni surga,” {cf, Matt 24:30, Mark 13:26, Luke 21:27}. Itulah perbedaan peristiwa yang digambarkan disini. Anda tidak bisa membuat semua itu menjadi satu. Diantara mereka ada periode waktu dimana Yesus menyatakan diri dibumi walau tidak selalu jelas terlihat.

Itulah yang disebut Alkitab “sekarang” yang dalam kata Yunani parousia . Terjemahan lebih baik adalah “kedatangan” Saat Alkitab bicara tentang kedatangan Tuhan, sering menunjuk pada awal runtutan itu, sering juga akhir dari runtutan, seperti yang ada dalam Kitab Wahyu, menunjukan apa yang terjadi diantara keduanya. Kita harus melatih diri kita untuk berpikir dalam pengertian itu. Parousia Jesus merupakan runtutan peristiwa.

Daniel, nabi PL, berkata bahwa satu minggu selama satu tahun, seperti 7 tahun lamanya. Satu peristiwa sedang dimulai; peristiwa lain sedang berakhir; dan diantaranya Tuhan akan menyatakan diri dibumi dibelakang layar, seperti saat kebangkitanNya. Selama 40 hari Yesus dibumi. Dia menampakan diri kepada murid di Yerusalem dan Galilea. Orang-orang mendapat laporan bahwa Dia ada, tapi tidak ada yang bisa menemukanNya kecuali Dia memilih untuk menampakan diri. Itu kondisinya sama dengan saat kedatangan Tuhan, “kehadiran” Yesus. Jika kita mengerti itu, akan sangat menolong kita mengerti apa yang digambarkan disini.

Hal ini dinyatakan oleh 3 suara yang rasul hubungkan dengan penampakan awal Yesus. Tuhan sendiri yang akan datang. Itu selalu menghangatkan hati saya. Dia tidak mengirim Michael, atau Gabriel atau Moroni atau yang lainnya. Dia datang sendiri. “Tuhan sendiri yang akan turun dari surga dengan seruan perintah.” Seruan itu ditujukan pada siapa? 3 suara ini menyebabkan 3 kelompok berbeda. Alkitab memberi jawabannya. Yesus sendiri berkata dalam John 5, "waktunya sudah datang dan sekarang…” (perhatikan campuran waktu dan kekekalan disini. Datang dalam waktu; sekarang dalam kekekalan.) “Waktunya sudah datang dan sekarang mereka yang dikubur mendengar suara Anak Manusia akan bangkit," {cf, John 5:25}. Yesus berdiri didepan kubur Lazarus dan berseru “Lazarus keluarlah” {John 11:43}, dan dalam keheranan orang banyak orang mati itu muncul dari kubur masih dibungkus dengan kain kafan. Dia mendengar suara Anak Manusia, dan bangkit. Banyak tafsiran menunjukan, jika Yesus tidak berkata “Lazarus,” Dia akan mengosongkan seluruh kubur! Tapi waktunya datang ketika semua orang mati akan mendengar suara Anak Manusia dan bangkita! Itulah maksud Paulus disini. Seruan perintah ditujukan pada orang mati, mereka yang dikubur yang tidur dalam Yesus.

Suara kedua adalah panggilan penghulu malaikat. Satu-satunya malaikat yang disebut penghulu adalah Mikael. Walaupun Gabriel malaikat yang hebat tapi dia tidak disebut penghulu dalam Alkitab. Dalam 2 ayat pertama di Daniel 12 kita membaca malaikat berkata pada Daniel, "Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu," {Dan 12:1 RSV}. "umatmu " berarti Israel; Mikael selalu dihubungkan dengan Israel. Mikael akan muncul, dan akan ada kebangkitan. Mereka yang dikubur akan bangkita, demikian Daniel diberitahu. Juga dengan bangsa Israel yang hidup akan dipanggil kedalam hubungan yang baru dengan Tuhan. Detil dari peristiwa ini menyangkut 144.000 orang Israel, 12.000 dari setiap suku Israel, yang digambarkan dalam pasal 7 dan 14 kitab Wahyu. Mereka akan dipanggil kedalam hubungan yang baru dengan Yesus, mengikut Dia kemanapun Dia pergi dibumi selama kehadiranNya. Dia tidak terlihat bagi dunia tapi terlihat oleh mereka. Itu semua dimulai saat Yesus kembali untuk gerejaNya dan penghulu malaikat memanggil Israel kedalam hubungan yang baru denganTuhan.

Suara ketiga adalah suara terompet besar memanggil seperti yang didengar di Gunung Sinai ketika Hukum diberikan. Kemudian trompet terdengar sangat keras sehingga orang berseru pada Musa, “Tolong hentikan! Kami tidak tahan lagi.” Menurut saya dunia tidak akan mendengar panggilan ini; hanya mereka yang dituju yang akan mendengarnya. Paulus menunjukan siapa mereka dalam I Kor 15, pasal kebangkitan besar. Disana dia berkata, “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir," {1 Cor 15:51-52a RSV}. Beberapa perawatan gereja, kepada bayi, menempelkan ayat itu dipintu: “kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah !” Tapi ayat ini khusus ditujukan bagi orang percaya yang masih hidup. “Kita tidak akan mati semuanya.” Kita tidak akan mati semuanya Paulus termasuk didalamnya saat itu. Dia merasa menjadi bagian dari hal itu. “Kita tidak akan mati semuanya, tapi kita semuanya akan diubah” Itulah yang penting. “Kita semua akan diubah, dalam sekejab mata, saat nafiri terakhir." Saat suara nafiri terdengar oleh orang percaya yang masih hidup, walau tidak terdengar oleh dunia, mereka akan diubah dan diangkat bersama dengan Tuhan.

Hal kelima yang perlu diperhatikan, penghiburan yang dibawa.

Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.
{1 Th 4:18 RSV}

Harapan yang menghibur adalah kita semua bersama dengan keluarga Tuhan selamanya akan bersama dengan Tuhan. Itu menyangkut semua yang dilakukan gereja mulai saat itu. Apapun itu, dilakukan dengan Tuhan. Seperti pernyataan saya, Tuhan akan tetap dibumi, dibelakang layar, mengatur peristiwa yang digambarkan dalam gambaran dramatis kitab Wahyu. Gereja akan bersama denganNya, tidak terlihat berpartisipasi dalam mengatur arah Pergolakan Besar, tapi tidak melewatinya karena kita tidak lagi hidup didunia tapi telah ditransformasi. Maksud penting yang ditekankan oleh Paulus disini adalah kita akan melihat Yesus muka dengan muka. Itu akan selalu menjadi sumber penghiburan orang percaya selamanya.

Saat Natal saya menerima lukisan yang indah tentang gunung dan danau di Glacier Park, Montana. Saya pernah kesana dan lukisan itu mengingatkan saya keindahan pemandangan disana. Saya ingat saya pernah berkata, “saya berharap bisa tinggal disini dan melihat pemandangan ini setiap pagi.” Tahun lalu saya berdiri di ujung tebing di Mendocino County, melihat ombak besar pasifik menerpa 100 kaki keudara. Pemandangan kekuatan yang luarbiasa. Bagi saya betapa indahnya bisa hidup disini selamanya. Tapi jika ciptaan membuat kita sangat tertarik dan berharap, bagaimana dengan bertemu dengan Tuhan muka dengan muka? Jika kita ingin membayangkannya, bagaimana dengan melihat secara langung? Jika kita senang akan keindahan alam, bagaimana dengan kita melihat penciptanya?

Samuel Rutherford seorang Scottish Covenanters abad 17 yang melayani Tuhan selama penindasan di Scotland. Suatu Puisi dari surat yang indah Rutherford dan dibuat hymn yang sangat popular di abad 19. Merupakan hymn kesukaan D. L. Moody dan juga kesenangan saya.

The sands of time are sinking;
the dawn of heaven breaks.
The summer morn I've sighed for, the fair sweet morn awakes.
Dark, dark has been the midnight, but the
Dayspring is at hand,
And glory, glory, dwelleth in Immanuel's land.
O, Christ, he is the fountain, the deep sweet well of love,
The streams on earth I've tasted, more deep
I'll drink above, There to an ocean fullness, his mercy doth expand,
And glory, glory dwelleth in Immanuel's land.
The bride eyes not her garment, but her dear bridegroom's face,
I will not gaze at glory, but on my King of
Grace, Not at the crown he giveth, but on his pierced hand,
The Lamb is all the glory of Immanuel's land.

Betapa pengharapan indah kita miliki! Ketika kita menghadapi kematian, atau saat kita berdiri dikubur orang yang kita cintai, kita dihibur oleh pengharapan kedepan menanti umat milik Tuhan. Itulah maksud Paulus memberikan tulisan ini.

Biarlah kita menikmati penghiburan yang ada dalam waktu kematian – kita sendiri, atau orang yang kita kasihi.